Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang berlaku mulai tahun ini membawa bekah tersendiri bagi emiten farmasi. Program ini dapat mendorong masyarakat Indonesia mengkonsumsi produk-produk kesehatan. Alhasil, volume penjualan perusahaan farmasi bakal meningkat. Namun, JKN sepertinya tak akan berpengaruh besar terhadap kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Para analis menilai, KLBF tak terlalu fokus terhadap penjualan obat unbranded generic, produk obat yang digunakan pada program JKN. Analis Danareka Sekuritas, Armando Marulitua menjelaskan, ada tiga jenis obat yang saat ini beredar di pasaran yakni, licensed generic, branded generic dan unbranded generic.
"KLBF menyasar di tiga pasar obat ini, tapi lebih fokus pada penjualan obat branded generic dan licensed generic," terang Armando kepada KONTAN. Menurut perhitungannya, penjualan obat unbranded generic KLBF hanya sekitar 12% dari penjualan obat secara keseluruhan.
Carrel Mulyana, Analis AmCapital mengutarakan hal serupa. Ia bilang, KLBF tak terlalu fokus terhadap penjualan obat unbranded generic lantaran margin di produk ini relatif kecil. Apalagi untuk memasok produk obat dalam program JKN harus melalui tender pemerintah.
Wajar jika Carrel maupun Armando menilai, program JKN tak berpengaruh signifikan terhadap kinerja Kalbe Farma Lini bisnis utama Armando menduga, program JKN dapat menyebabkan peralihan konsumsi produk obat dari branded generic ke unbranded generic. Sehingga penjualan obat branded generic akan tergerus. "Namun sifatnya hanya jangka pendek," jelasnya.
Di sisi lain, Analis Indo Premier Securities, Julianto Wongso dalam riset yang dirilis pada November lalu menjelaskan, KLBF dapat meraih untung dari kalangan menengah yang menuntut layanan kesehatan berkualitas. "Dengan begitu, kami berharap penjualan branded generic dan licensed generic tumbuh pesat," tulisnya.
Menurut dia, katalis positif lain bagi kinerja KLBF, yakni e-store dan klinik Mitrasana. Penjualan produk kesehatan secara online sangat potensial, seiring peningkatan pengguna internet di Indonesia. Perseroan memiliki 80 klinik Mitrasana di Jabodetabek. Dua di antaranya tengah dikaji untuk dijadikan rumah sakit.
Klinik tersebut dapat memberikan aliran pendapatan yang cukup stabil. Sepanjang sembilan bulan di 2014, pendapatan perseroan naik 10,54% year on year (yoy) menjadi Rp 12,15 triliun. Hampir semua lini penjualan naik terutama penjualan nutrisi tumbuh 21,59% yoy, produk kesehatan naik 11,60% yoy, obat resep naik 11,58% yoy dan distribusi naik 1,88%.
Armando melihat, lini penjualan nutrisi akan terus tumbuh dan memberi kontribusi 24% terhadap total pendapatan KLBF ke depan. Tapi pendapatan terbesar masih di sokong oleh lini distribusi. Ketiga analis merekomendasikan beli untuk saham KLBF. Armando menargetkan harga saham ini di Rp 1.900, Carrel di Rp 1.960, dan Julianto di Rp 1.970. Selasa (9/12), pada perdagangan di bursa, harga saham KLBF stagnan di Rp 1.725 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News