Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pengumuman tapering pada pertengahan pekan ini, pasar surat utang Indonesia ternyata masih solid. Hal ini tercermin dari masih tingginya minat peserta lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada hari ini, Selasa (2/11).
Tercatat, jumlah penawaran yang masuk pada lelang kali ini mencapai Rp 48,7 triliun. Jumlah ini memang turun dibandingkan lelang SBSN yang digelar sebelumnya, yakni Selasa (19/10) yang mencapai Rp 53,42 triliun.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan, walaupun turun, jumlah tersebut masih terbilang baik di tengah situasi saat ini. Menurut dia, di tengah sentimen tapering yang semakin di depan mata, ternyata permintaan untuk SBSN masih cukup tinggi seiring likuiditas di dalam negeri yang berlimpah.
Baca Juga: Dana Pensiun Main Aman di Obligasi
“Penurunan jumlah penawaran pada kali ini lebih karena penyerapan pada setiap lelang yang semakin kecil karena sudah berada di pengujung tahun. Tapi, overall ini masih bagus dan memperlihatkan pasar obligasi kita masih stabil,” ungkap Ramdhan kepada Kontan.co.id, Selasa (2/11).
Di satu sisi, Ramdhan menilai, semakin kecilnya target penyerapan justru membuat penawaran lebih kompetitif. Hal ini tercermin dari weighted average yield (WAY) pada lelang kali ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan lelang SBSN sebelumnya. Secara umum, weighted average yield turun berkisar 5-10 bps.
Padahal, hari ini, yield SBN acuan 10 tahun berada di posisi 6,21% atau jauh lebih tinggi dibanding posisi pada pada dua pekan sebelumnya yang berada di level 6,15%. Menurut Ramdhan, hal ini tidak terlepas dari upaya para peserta lelang untuk menempatkan dana mereka pada efek.
Baca Juga: Kinerja reksadana melaju sepanjang Oktober 2021
“Pada akhirnya, ini membuat peserta lelang meminta yield yang lebih rendah, agar permintaan mereka dimenangkan oleh pemerintah. Ini jadi pertanda bagus, karena walau supply terbatas, ternyata permintaan tetap tinggi dan peserta lelang juga kompetitif,” imbuh Ramdhan.
Sementara untuk investor asing, Ramdhan melihat saat ini memang ada tren keluar dari pasar obligasi Indonesia, khususnya sejak dua atau tiga minggu lalu. Dia meyakini hal ini disebabkan oleh banyak investor asing yang ingin wait and see terlebih dahulu menanti kepastian soal tapering. Namun, dengan kondisi fundamental yang solid dan dukungan investor domestik, pasar obligasi Indonesia masih bisa stabil.
“Ini terlihat dari pergerakan yield SBN acuan yang bergerak terbatas pada kisaran 6,1% - 6,2% dalam beberapa waktu terakhir,” tutup Ramdhan.
Baca Juga: Tawarkan kupon 4,80%, sukuk tabungan seri ST008 masih menarik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News