Reporter: Nurtiandriyani Simamora, Selvi Mayasari | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Potensi pembayaran dividen saham tiga bank milik pemerintah mencapai Rp 97 triliun pada tahun 2025 ini. Selain dividen jumbo, apakah saham tersebut memiliki prospek cerah untuk investasi?
Tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masuk ke dalam Badan Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) kompak mencatatkan pertumbuhan laba pada 2024. Hal ini berpotensi membuat pembagian dividen di tahun ini akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Ketiga bank tersebut adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Jika dilihat, capaian kinerja laba BBRI menjadi yang lebih besar dari dua bank Danantara lain yakni mencapai Rp 60,64 triliun.
Baca Juga: Cara Melihat Pengumuman Seleksi Administrasi PPPK 2024 Tahap 2 Di Sscasn.bkn.go.id
Direktur Utama BRI Sunarso pun memastikan akan membagikan dividen di tahun 2025 dengan rasio pembagian dividen 80% sampai dengan 85% dari tahun buku 2024. Dengan anggapan rasio pembayaran dividen sebesar 85%, Bank BRI berpotensi mengucurkan dividen mencapai Rp 51,12 triliun.
"Maka gambaran kira-kira berapa dividend payout ratio saya kira mungkin mudah-mudahan tidak kurang dibandingkan tahun lalu. Ya dikisaran antara 80% sampai 85% dari laba," ujar Sunarso saat paparan kinerja perseroan, Rabu (12/2).
Adapun laba per saham atau Earnings per Share (EPS) tercatat sebesar Rp 399. Dengan asumsi rasio pembagian dividen mencapai 85% maka BRI berpotensi membagikan dividen mencapai Rp 204 per lembar saham, dengan dividend yield berada di angka 5,04%.
Jika menghitung dari EPS BMRI Rp 597,67 maka estimasi dividen BMRI pada tahun 2025 berkisar Rp 358,6 per lembar saham dengan estimasi Dividend Payout Ratio sekitar 60%.
Dengan asumsi rasio dividen sekitar 60% maka BMRI berpotensi mengucurkan dividen mencapai Rp 33,46 triliun. Bank Mandiri biasanya membagikan dividen sekitar bulan Maret.
Tonton: Pemda Wajib Memiliki Saham Di Keuangan Mikro
Pada saat paparan kinerja, Direktur Keuangan dan Strategi Sigit Prastowo juga mengatakan bahwa dividen payout ratio perseroan dalam 5 tahun terakhir dijaga pada level 60%. Menurutnya, ini sesuai arahan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham utama.
"Tetapi tentu keputusan pembagian dividen dari laba tahun buku 2024 akan mempertimbangkan berbagai macam hal untuk menjaga kondisi yang sehat. Kewenangan dividend payout ratio dimiliki pemegang saham utama kami yakni pemerintah melalui Kementerian BUMN," jelasnya.
Sementara BBNI berhasil mencatatkan laba Rp 21,46 triliun sepanjang 2024. Perolehan laba itu naik 2,64% yoy. BBNI memproyeksikan dividen yang potensi dibagi tahun ini akan naik menjadi 55%-60%.
Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI memperkirakan rasio pembagian dividen BNI tahun buku 2024 akan berada pada rentang 55% hingga 60%.
Persentase itu lebih tinggi jika dibandingkan realisasi rasio dividen yang dibagikan pada tahun 2023 sebesar 50% dari total laba bersih atau senilai Rp 10,45 triliun.
"Tapi keputusan akhir terkait besaran dividen nanti pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)," katanya.
Jika diasumsikan dividen rasio sekitar 60% maka estimasi dividen bank BNI sekitar Rp 345,28 per lembar saham. BBNI pun berpotensi mengucurkan dividen mencapai Rp 12,87 triliun pada Maret 2025.
Baca Juga: Harga Saham Blue Chip Ini Turun 33% Setahun, Siap-Siap Buyback Rp 3 Triliun
Rekomendasi saham
Di tengah kabar pembayaran dividen bernilai jumbo, harga saham bank BUMN itu masih dalam tekanan.
Saham BBRI pada penutupan perdagangan Jumat (14/2) di level 3.860, turun 130 poin atau 3,26% dibandingkan sehari sebelumnya. Sejak awal tahun atau secara year to date, harga saham BBRI terakumulasi melemah 350 poin atau 8,31%. Kemudian secara tahunan atau year on year (yoy), saham BBRI telah terkoreksi 2.290 poin atau 37,24%.
Pada perdagangan Jumat 14 Februari 2025, harga saham BMRI ditutup di level 5.125, naik 100 poin atau 1,99% dibanding sehari sebelumnya. Sejak awal tahun 2025, harga saham BMRI terakumulasi menyusut 725 poin atau 12,39%.
Sementara harga saham BBNI pada periode yang sama ditutup di level 4.370, turun 120 poin atau 2,82% dibandingkan sehari sebelumnya dan merosot 220 poin atau 4,79% secara ytd..
Melihat tren tersebut, Head Online Trading BCA Sekuritas, Achmad Yaki menilai hal ini terjadi karena adanya tekanan Foreign Outflow yang masih besar pada saham-saham emiten bank tersebut.
Meski begitu, Yaki menilai emiten bank-bank kakap khususnya bank BUMN seperti BBRI, BBNI, dan BMRI masih memiliki bisnis yang kuat, dan tentunya pemerintah dalam hal ini BUMN tidak akan membiarkan kinerja bank-bank tersebut menurun karena kontribusi dari setoran dividennya ke kas negara cukup besar.
“Karena dividen BUMN, di 2023 setoran dividen BUMN sekitar Rp 82,1 triliun dan hingga oktober 2024 perkiraan setoran dividen sudah mencapai Rp 79,7 triliun dengan target Erick Tohir yang pede bisa menembus Rp 90 triliun dalam setahun penuh,” ungkap Yaki kepada Kontan, Minggu (9/2).
Yaki meyakini, dengan Menteri BUMN yang sama, potensi kinerja BUMN khususnya segmen perbankan masih akan baik meski kondisi perekonomian masih kurang bergairah.
Yaki merekomendasikan hold saham BBRI dengan target Rp 4.400, sementara saham BBNI direkomendasikan buy di harga Rp 6.075. Lainnya saham BMRI rekomendasi buy dengan target Rp 7.250, dan BBTN buy dengan target Rp 1.700.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta membenarkan kalau kinerja harga saham perbankan sudah berada di bawah nilai wajar.
“Ini bisa dicermati untuk akumulatif buy, karena prospek dari emiten bank itu sendiri kedepannya adalah pertumbuhan kredit, tapi seperti apa tentu didukung oleh stabilitas ekonomi yang lebih optimal, sehingga memicu pemrintaan kredit,” ungkap Nafan kepada Kontan.
Nafan menyebut, kebijakan Bank Indonesia dalam pelonggaran moneter kedepan tentu akan memberikan manfaat terhadap industri perbankan, sehingga dapat memperkuat likuiditas perbankan tanah air, tentu efeknya adalah potensi meningkatkan pertumbuhan kredit.
Nafan merekomendasikan untuk akumulatif beli saham BRIS dengan target harga Rp 3.350, saham BBRI rekomendasi beli saat lemah dengan target Rp 4.160, BBNI beli saat lemah dengan target Rp 4.510.
Baca Juga: Harga Saham Pemerintah Berguguran, Cek Saham yang Akan Beri Dividen Besar Tahun 2025
Selanjutnya: Emiten Ritel Bakal Tuai Berkah di Momen Ramadan dan Lebaran, Ini Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Promo JSM Superindo 17-20 Februari 2025, Aneka Sirup Harga Spesial Jelang Ramadan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News