Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE) bersiap ekspansi. Setelah menggelar penawaran saham perdana (IPO), pemilik theme park Jungleland Bogor ini akan menambah jaringan bisnis ke berbagai daerah.
Sepanjang tahun 2016, anak usaha PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) ini membidik pertumbuhan pendapatan di atas 10%. Demi mewujudkan target itu, JGLE menggelar IPO.
"Kami membutuhkan dana untuk ekspansi. Salah satu caranya, lewat IPO," ujar Agus J Alwie, Direktur Utama JGLE, kepada KONTAN, Jumat (15/7).
Dalam aksi IPO belum lama ini, Graha Andrasentra menawarkan harga Rp 140 per saham. Dari sini, JGLE meraup dana segar Rp 300 miliar. Manajemen JGLE berniat memakai 50% dana IPO untuk membayar utang. Sedangkan sisanya untuk membangun theme park dan hotel.
Untuk mendukung ekspansi tahun ini, JGLE mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 500 miliar. Sumber belanja modal berasal dari 50% pinjaman bank. Kemudian antara 10%-20% dari kas internal, serta sisanya menggunakan dana IPO.
Kemungkinan dana belanja modal tidak terserap seluruhnya pada tahun ini. "Sebab sekarang sudah tengah tahun, kemungkinan hingga enam bulan ke depan tidak akan terpakai semua," kata Agus.
Graha Andrasentra akan mengembangkan empat theme park, yaitu di wilayah Sidoarjo, Bandung, Medan dan Malang. Bukan hanya itu, JGLE akan membangun tiga hotel, masing-masing di wilayah Bogor, Sentul dan Batu Malang.
Tahun ini, JGLE fokus mengembangkan theme park di Sidoarjo dan dua hotel, yakni di Bogor dan Sentul. "Theme park kali ini tidak sebesar Jungle Land di Sentul. Sementara untuk hotel bisa Aston lagi atau operatornya beda," tutur Agus.
Seluruh rencana proyek diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2018. Menurut Agus, investasi satu theme park kecil membutuhkan dana berkisar Rp 70 miliar. Adapun proyek hotel bisa menelan investasi Rp 180 miliar.
Proyek andalan
Agus mengklaim, dari total pendapatan JGLE, theme park berkontribusi cukup besar, yaitu lebih dari 50%. Sedangkan sisanya disumbangkan bisnis hotel dan apartemen. Perusahaan saat ini memiliki tiga theme park yaitu Jungleland di Sentul, The Jungle dan Junglefest di Bogor.
Portofolio lain adalah Aston Hotel, Jungle Sky Apartment di Bogor, serta Bogor Nirwana Residence. Tahun lalu, JGLE meraih pendapatan Rp 366,43 miliar, tetapi masih mencetak rugi bersih Rp 254,77 miliar.
Agus optimistis, tahun ini JGLE bisa mengantongi pendapatan di atas Rp 500 miliar dan laba bersih Rp 100 miliar. JGLE sempat mengalami penurunan pengunjung dan okupansi hotel di tahun lalu.
"Saya rasa, tahun lalu banyak industri yang mengalami penurunan karena pertumbuhan ekonomi melambat, termasuk JGLE," kata Agus.
Padahal sejak awal beroperasi pada 2013, pengunjung Jungleland selalu naik. Baru tahun lalu turun hingga 20%-30%. Untuk hotel, tingkat okupansi juga menurun ke 60%, yang biasanya bisa mencapai 70%-80%.
"Salah satu pemicunya adalah aturan dari pemerintah untuk mengurangi rapat di hotel," Agus beralasan.
Tahun ini, JGLE membidik kenaikan pengunjung 10% dan okupansi hotel tumbuh 10%-20%. Rata-rata pengunjung theme park JGLE sekitar satu juta orang per tahun. Momentum Lebaran yang bertepatan dengan libur sekolah berefek positif.
Tiga sampai empat hari lebaran kemarin, pengunjung Jungleland dalam sehari mencapai 6.000 orang. Di hari biasa, pengunjungnya sebanyak 2.000 pengunjung.
Sementara okupansi hotel JGLE mencapai 90%. Manajemen JGLE juga siap memasarkan Jungle Sky Apartment dengan jumlah 450 unit. "Okupansinya cukup bagus, yakni sudah mencapai 40%," kata Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News