kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang tutup tahun, pasar SUN membaik


Selasa, 06 Oktober 2015 / 07:37 WIB
Jelang tutup tahun, pasar SUN membaik


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sejak awal tahun, pasar surat utang negara (SUN) terus tertekan. Inflasi yang terjaga dan prediksi membaiknya pertumbuhan ekonomi, memacu harga SUN di pengujung tahun. Pada Senin (5/10), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price tercatat naik 1,59% menjadi 102,99. Indeks ini merosot 6,61% sejak awal tahun.

Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menjelaskan, kenaikan harga obligasi pemerintah setelah ada aliran dana yang masuk ke pasar surat utang, dipicu yield SUN yang menarik. "Tapi, dana yang masuk tidak terlalu besar, jadi kenaikan harganya hanya sedikit," kata Desmon.

Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia alias Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru menjelaskan, secara year to date, harga obligasi pemerintah masih koreksi. Ada tiga faktor yang menekan SUN. Pertama, depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS.

Dibandingkan akhir tahun lalu, rupiah sudah menukik 17,07% di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Kedua, keputusan Bank Sentral AS alias The Fed yang menunda kenaikan suku bunga acuan pada September 2015 kemarin. Ketiga, perlambatan ekonomi China, yang merupakan mitra dagang komoditas Indonesia.

Walhasil, ketidakpastian yang mendera dunia menjadi katalis negatif bagi pasar obligasi domestik. "Investor menilai, risiko investasi jangka pendek di Indonesia lebih besar, terlihat kenaikan yield paling tinggi terjadi di SUN tenor pendek," tuturnya.

Direktur IBPA Wahyu Trenggono menuturkan, kenaikan yield SUN merupakan salah satu mekanisme perlindungan terhadap pasar surat utang Indonesia. Alasannya, besaran yield yang terbilang tinggi dapat menarik minat para investor, sehingga harga obligasi dapat membumbung.

"Penurunan harga SUN tertahan oleh besaran yield yang menarik," imbuhnya. Mengacu Asian Bonds Online per 5 Oktober 2015, yield obligasi negara tenor 10 tahun China mencapai 3,27%, Filipina 3,76%, dan Vietnam 7,14%. Angka ini lebih rendah ketimbang yield FR0070 bertenor 10 tahun yang sebesar 9,6%.

Makanya Wahyu optimistis, pasar SUN dalam negeri akan membaik di pengujung tahun 2015. Investor asing yang umumnya berinvestasi jangka panjang akan tertarik pada tawaran yield Indonesia. Tengok saja, investor asing masih mencatatkan nett buy Rp 63,11 triliun pada pasar SUN hingga akhir September kemarin.

Wahyu mewanti-wanti agar para investor mencermati langkah Pemerintah AS dan China di sisa tahun ini. Desmon memprediksi, yield FR0070 akan turun ke level 8,2% - 8,5% pada akhir 2015. Itu dengan catatan, kinerja rupiah tidak melempem lagi. "Para investor nyaman kalau nilai tukar rupiah di level Rp 14.300 per dollar AS," tegas Desmon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×