Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) tengah menyiapkan alternatif pendanaan hingga Rp 3 triliun. Dana tersebut rencananya akan dihimpun oleh perusahaan pelat merah ini dengan menerbitkan produk kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK-EBA) syariah dan dana investasi infrastruktur (Dinfra).
Direktur Keuangan JSMR Donny Arsal menjelaskan KIK-EBA syariah akan menggunakan aset dasar ruas Tol Lingkar Luar Jakarta atawa Jakarta Outer Ring Road (JORR) yang dimiliki Jasa Marga. "Kedua, kami mau mengeluarkan Dinfra kedua di tahun ini, underlying salah satu tol Trans Jawa," jelas Donny, Selasa (5/11).
Baca Juga: Jalan tol Manado–Bitung akan membuka akses industri dan pariwisata di Sulawesi Utara
Kendati begitu, manajemen Jasa Marga enggan menyebutkan ruas mana yang dimaksud di Tol Trans Jawa. Corporate Finance Group Head JSMR Eka Setya Adrianto hanya menyebutkan Jasa Marga menguasai 40% saham di ruas tol Trans Jawa yang dimaksudkan menjadi aset dasar Dinfra.
Adapun, Jasa Marga menargetkan bisa menghimpun dana dari Dinfra sekitar Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun. Jumlah tersebut rencananya tak jauh beda dengan Dinfra Tol Gempol-Pandaan senilai Rp 423,5 miliar. Sementara dari KIK-EBA syariah, Jasa Marga menargetkan bisa menghimpun dana sekitar Rp 2 triliun.
Namun, emiten pelat merah ini sepertinya melihat sedikit kendala dari rencana penerbitan KIK-EBA syariah. "Fatwa sudah keluar dari tahun lalu, tetapi proses ke OJK belum, kami inginnya bisa eksekusi," imbuh Adrianto.
Baca Juga: Tarif tol dalam kota dan tol Jagorawi akan naik
Adri menjelaskan, dana tersebut akan digunakan untuk membayar proyek turnkey milik Jasa Marga ke para kontraktor. "Kami siapkan bermacam-macam pendanaan untuk membayar teman-teman kontraktor kami," imbuh dia.
Sebenarnya, selain dua alternatif tersebut Jasa Marga juga tengah menyiapkan instrumen step up coupon bond atau zero coupon bond. Namun JSMR belum menemukan harga yang cocok untuk instrumen ini
"Kami inginnya harga sama dengan pinjaman yang sebelumnya, misal pinjaman di anak perusahaan 9,5% hingga 9,75%. Jadi kita mau coba di harga segitu secara return rata-rata. Dengan yield sudah turun kan sekarang seharusnya bisa ya," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News