kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Japfa Comfeed masih berkokok


Rabu, 21 Februari 2018 / 08:45 WIB
Japfa Comfeed masih berkokok
ILUSTRASI.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perunggasan dalam negeri masih dibayangi sejumlah tantangan. Namun, para analis menilai, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) tetap bisa berkokok mencetak kinerja positif tahun ini.

Salah satu tantangan industri perunggasan yakni potensi maraknya daging ayam impor dari Brasil. Hal ini lantaran adanya keputusan World Trade Organization (WTO) yang memenangkan gugatan Brasil terkait aturan importasi daging ayam Indonesia medio Oktober tahun lalu.

Analis NH Korindo Joni Wintarja mengatakan, keputusan WTO bisa saja mempengaruhi daya saing produsen daging ayam lokal. Namun, hal tersebut belum tentu memberikan dampak buruk terhadap pelaku industri perunggasan seperti JPFA.

Pasalnya, tak mudah bagi negara lain mengekspor daging ayam ke Indonesia, karena ketatnya persyaratan. Salah satunya berkaitan dengan sertifikasi halal.

Lagi pula, pemerintah telah menetapkan batas bawah dan batas atas harga telur dan ayam di tingkat peternak. Menurut Joni, penetapan tersebut setidaknya membuat harga daging ayam yang beredar di pasar lebih terkendali, sehingga tidak merugikan pelaku industri perunggasan.

Di sisi lain, ada sentimen negatif berupa larangan impor jagung oleh pemerintah yang berlaku sejak tahun 2017. Alhasil, harga jagung pakan ternak melonjak. Hal ini membuat beban produksi JPFA meningkat. "Wajar jika kebutuhan jagung bagi JPFA cukup besar," kata Joni, Selasa (20/2).

Masih bisa tumbuh

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Marlene Tanumihardja bilang, JPFA masih tertolong berkat penetapan harga acuan pembelian dan penjualan jagung di tingkat petani dan konsumen. Harga acuan penjualan jagung bagi industri pengguna sebagai pakan ternak sebesar Rp 4.000 per kg.

"Aturan ini bisa menjaga ketersediaan dan kestabilan harga sehingga berdampak positif bagi margin perusahaan," ujarnya dalam riset 15 Januari 2018.

Mimi Halimin, Analis Mirae Asset Sekuritas yakin, ruang pertumbuhan kinerja bagi JPFA masih cukup terbuka. Sebab, bila dibandingkan sejumlah negara tetangga, tingkat konsumsi daging ayam di Indonesia masih rendah. Ia memprediksi, pendapatan JPFA masih bisa mencapai Rp 31,40 triliun dengan laba bersih Rp 1,49 triliun.

Joni juga bilang, valuasi saham JPFA saham masih murah dengan dividen yield 3,4% yang tergolong tinggi. Sehingga, Joni merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga Rp 1.820.

Marlene juga merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga Rp 1.600 per saham. Lalu, Mimi menyarankan trading buy saham JPFA dengan target Rp 1.600.

*Silakan unduh laporan keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) terbaru di KinerjaEmiten.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×