Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Anda berniat menjual emas? Kalau sedang tidak BU alias butuh uang, sebaiknya tidak usah buru-buru. Para analis melihat penurunan harga emas belum berakhir.
Kebijakan fiskal presiden Amerika Serikat (AS) yang baru, Donald Trump, jadi biang kerok pelemahan harga emas. Konglomerat ini berencana memacu pertumbuhan ekonomi AS dengan mendorong inflasi. Efeknya, The Federal Reserve harus mengerek suku bunganya.
Karena itu, Research & Analyst Monex Investindo Futures Vidi Yuliansyah menilai prospek emas dalam jangka menengah masih negatif. Skenario Vidi, jika The Fed menaikkan suku bunga, harga emas akan turun ke kisaran US$ 1.770-US% 1.880 per ons troi.
Sementara jika kenaikan suku bunga ditunda lagi, emas tetap melemah tapi terbatas di kisaran US$ 1.200 per ons troi. "Kenaikan suku bunga The Fed hanya masalah waktu, emas tetap melemah," imbuh Vidi.
Kamis (17/11) Per pukul 16.30 WIB kemarin (17/11), harga emas kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange menguat 0,25% jadi US$ 1.227 per ons troi. Vidi menyebut penguatan ini terjadi lantaran pelaku pasar tengah mengantisipasi data ekonomi AS yang dirilis kemarin serta pidato Gubernur The Fed Janet Yellen mengenai moneter dan outlook ekonomi AS.
Hal itu membuat pelaku pasar melepas dollar AS dan masuk ke emas. Meski begitu, dalam sepekan harga emas tercatat anjlok 3,11%.
Ancaman produksi
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar sepakat tren harga emas hingga akhir tahun cenderung negatif. Jika emas kembali ke bawah US$ 1.199,6 per ons troi, akhir tahun ini harganya bisa terjun ke US$ 1.173,5–US$ 1.140 per ons troi.
BMI Research juga menurunkan proyeksi harga emas hingga akhir tahun menjadi US$ 1.300 per ons troi. Sebelumnya, harga emas ditengarai bisa mencapai US$ 1.400.
Maklum, logam mulia ini masih dikelilingi sentimen negatif. Misal, produksi bakal naik lantaran Mesir berniat mengadakan tender internasional untuk konsensi pertambangan emas pada awal Desember mendatang.
Mesir bakal mengundang penambang internasional mengeksplorasi tambang emas yang berada di Afrika Utara. "Kenaikan produksi di saat prospek permintaan sedang tidak bagus akan menambah tekanan negatif untuk harga emas," kata Vidi.
Tetapi, harga emas berpeluang kembali melaju di 2017. Dengan catatan, European Central Bank (ECB) tidak melanjutkan stimulus ekonomi saat berakhir Maret 2017 nanti. Jika ini terjadi, akan ada kepanikan di pasar saham dan investor akan kembali melirik si kuning.
Dari sisi teknikal, Deddy melihat harga emas bergulir di bawah MA 50, MA100 dan MA200. Indikator MACD berada di area negatif. Indikator stochastic oversold di level 17 dengan RSI masih cenderung melemah di level 32.
Harga emas hari ini akan dipengaruhi pernyataan Yellen dalam pidatonya Kamis malam waktu Indonesia. Karena itu, Deddy memprediksi, hari ini emas bergerak pada kisaran US$ 1.223,8–US$ 1.228 per ons troi.
Sedang Vidi memperkirakan harga emas bergerak di rentang di US$ 1.205–US$ 1.237 per ons troi sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News