kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Jangan sampai cuma ikut cuci piring di bursa


Rabu, 20 Maret 2013 / 17:24 WIB
Jangan sampai cuma ikut cuci piring di bursa
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batu bara. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.


Reporter: Harris Hadinata, Arief Ardiansyah, Anastasia Lilin Y, Aceng Nursalim | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Tanda-tanda pesta hampir berakhir terlihat dari penurunan indeks yang terjadi. Hingga Kamis pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan mengalami penurunan 1,8% dari rekor tertinggi yang dicapai pekan sebelumnya, 4.874,49.

Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas Andy Ferdinand menyebut, penurunan indeks yang kini terjadi adalah wajar karena sebelumnya indeks naik terlalu cepat. Artinya, pelaku pasar mengambil aksi ambil untung setelah melakukan rekor pecah angka psikologis.

Dia melihat, investor asing memang terlihat mulai net sell sedikit-sedikit. Pada Rabu dan Kamis pekan lalu, investor asing mencatatkan net sell Rp 277,07 miliar dan Rp 430,78 miliar. Lazimnya, ini tanda-tanda kalau akan terjadi koreksi dalam.

Pendapat serupa muncul dari Kepala Riset Sucorinvest Central Gani Arief Budiman. Sucorinvest memprediksi target IHSG tahun ini 5.038, dan ternyata indeks pernah tembus 4.900. Nah, koreksi yang terjadi bisa saja lebih dalam lagi. “Seberapa dalam koreksi, itu sudah faktor teknikal,” kata Arief.

Adapun Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada berpendapat, penurunan indeks terjadi lantaran tiada sentimen positif baik dari internal maupun eksternal. Di sisi lain, lantaran naik terlalu cepat, sebagian investor justru khawatir IHSG bakal longsor. “Makanya, begitu ada berita negatif dari dalam dan luar negeri, investor langsung ambil untung,” kata Reza.

Bila sentimen positif itu muncul, baik dari dalam maupun luar, Reza masih melihat potensi rebound IHSG. Salah satu sentimen internal yang masih ada adalah pengumuman kinerja emiten. Namun, Andy mencatat tinggal sedikit emiten besar yang belum mengumumkan kinerja.

Beberapa emiten besar yang masih ditunggu adalah Bank Central Asia Tbk, Jasa Marga Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, dan Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Makanya, Andy melihat, kinerja emiten ini sudah tak lagi mampu untuk mengangkat indeks.

Pengumuman kinerja emiten ini hanya akan memperlambat laju penurunan indeks. “Penurunan indeks setelah earning season yang selesai di bulan Maret nanti bisa lebih signifi kan,” kata Andy. Namun, Reza dan Arief berpendapat fase earning season bisa diperpanjang hingga April.

Dalihnya, kinerja emiten kuartal I 2013 unaudited akan mulai bermunculan. Di situ, pelaku pasar bisa melakukan penyesuaian terhadap posisi mereka. “Saya rasa ini akan menjadi penyokong IHSG untuk tidak turun terlalu dalam,” kata Arief.

Bukan lagi tren naik!

Masalahnya, Head of Research KSK Financial Group David Cornelis mengingatkan, dalam jangka pendek, khususnya harian dan mingguan, indeks sudah tidak berada dalam tren kenaikan. Jangan lupakan prinsip pendulum bekerja dengan gaya aksi dan reaksi yang sama, semakin ekstrem tinggi IHSG naik, semakin besar pula risiko penurunannya.

David melihat, pergerakan indeks yang lebih dari 4.556 di kuartal 1–2013 ini, berarti ada perpanjangan tren naik jangka pendek IHSG yang bersifat artifisial. IHSG tidak bergerak linear lurus dan dapat memancing kesialan investor telat yang baru bergabung di dekat ujung tren kenaikan.

“Cinderella pulang duluan, yang terlambat dan masih berada di pesta akan cuci piring,” kata David. Fenomena ini terlihat dari masih banyak pelaku pasar yang berusaha mengejar cuan dengan membeli saham, walau sudah mahal secara fundamental. Inilah salah satu sebab indeks terus-menerus menguat.

Pergerakan artifisial IHSG ini hasil fabrikasi ilusi moneter dan fiskal melalui stimulus bank sentral global yang membuat arus likuiditas hot money begitu deras. Mereka telah menafikan, semua sinyal bearish di tataran ekonomi makro (main street) maupun di pasar keuangan (wall street). Sejatinya, ini adalah efek semu dalam “efek kekayaan”. David meminta investor perlu menimbang bukan hanya keuntungan, tapi risiko yang mungkin terpapar.

Ke depan, David melihat, tren IHSG dalam jangka menengah panjang masih dalam kenaikan yang solid. Untuk jangka pendek, investor dapat merotasi sektoral selektif dalam portofolionya serta menyeimbangkan saham-saham bluechips. Tren naik akan selesai ketika investor serentak teragitasi adiksi aksi beli dalam keoptimisan dan akan segera berbalik arah menjadi turun ketika pelaku pasar mengalami gelora euforia mabuk beli. “Saat ini pasar finansial, khususnya bursa saham, bukanlah pasar sempurna yang efisien merefleksikan semua informasi,” kata David.

Daripada cuci piring, ayo, segera ikut-ikutan mencari sepatu Cinderella saja.


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 25 - XVII, 2013 Laporan Utama


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×