Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menjadi saham konstituen Indeks LQ45 yang memiliki price to earnings ratio (PER) terkecil. Saham emiten yang juga dikenal dengan nama Sritex ini diperdagangkan dengan PER hanya 2,78 kali.
Asal tahu, salah satu acuan untuk mengukur valuasi suatu saham adalah PER. Semakin rendah PER, maka valuasi suatu saham tersebut akan semakin murah.
Lantas, dengan tingkat PER di bawah 3 kali, apakah saham SRIL layak untuk dikoleksi saat ini?
Analis OSO Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, kinerja ekspor SRIL bisa terpengaruh penyebaran virus corona (Covid19). Untuk diketahui, mayoritas penjualan SRIL disumbang oleh pasar ekspor.
Baca Juga: IHSG kembali tumbang, ini 10 saham LQ45 dengan valuasi termurah
Per kuartal III-2019 misalnya, penjualan SRIL naik menjadi US$ 895,08 juta atau tumbuh 17,16% dari capaian penjualan periode yang sama tahun lalu yakni US$ 763,95 juta. Sekitar 59,72% penjualan SRIL berasal dari kinerja ekspor, khususnya untuk penjualan benang, pakaian jadi, kain jadi, hingga kain mentah.
Komposisi ekspor SRIL per September 2019 yakni sebanyak 60,5% ke wilayah Asia, 15,2% ke wilayah Eropa, Amerika Serikat dan Amerika Latin sebesar 13,6%, Uni Emirat Arab dan Afrika sebesar 10,5% dan Australia sebanyak 0,3%. “Permintaan bisa berdampak dengan kondisi virus Covid-19 yang masih terus menyebar,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Rabu (11/3).
Baca Juga: Ada wabah corona, Sritex (SRIL) yakin target kinerja tahun ini bisa tercapai
Pada penutupan perdagangan hari ini, saham emiten tekstil tersebut ambles 7% ke level Rp 186 per saham. Sejak awal tahun (year-to-date), saham SRIL telah tergerus 28,46%.
Sukarno menilai, saham SRIL masih berpotensi untuk turun lagi. Dus, dia merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu terhadap saham SRIL sembari mencermati dampak dari penyebaran Covid19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News