kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IUP di Kalimantan selesai, ABM Investama getol memburu tambang baru


Sabtu, 06 Oktober 2018 / 19:15 WIB
IUP di Kalimantan selesai, ABM Investama getol memburu tambang baru


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT ABM Investama Tbk tengah berupaya menyiasati berakhirnya izin usaha penambangan (IUP) batubara di Kalimantan Selatan. Selain berusaha memperpanjang izin dan mencari tambang baru, emiten berkode ABMM ini akan memanfaatkan potensi tambang yang telah dimiliki.

ABMM memiliki tambang batubara di kawasan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel). Tambang ini dikelola PT Tunas Inti Abadi (TIA). Perusahaan ini berada di bawah naungan PT Reswara Minergi selaku anak perusahaan ABMM. IUP tambang batubara seluas 3.085 hektare (ha) tersebut akan berakhir 2021.

Direktur TIA Dadik Kiswanto mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan perpanjangan IUP tambang batubara di Kalsel selama 10 tahun ke dinas pertambangan daerah. Jika resmi diperpanjang, IUP tambang batubara tersebut akan berlaku hingga 2031. "Perpanjangan ini hanya menambah masa berlaku IUP, tapi tidak menambah luas kawasan tambangnya," jelas dia, akhir pekan lalu.

Selagi menunggu proses perpanjangan IUP, manajemen ABMM berusaha mencari potensi tambang baru. Dadik bilang, sudah ada 20 kawasan tambang di Kalimantan yang sedang dibidik ABMM lewat proses akuisisi. Namun, ia tidak merinci detil rencana itu.

Tapi, Direktur Keuangan ABMM, Adrian Erlangga mengatakan, telah menyiapkan belanja modal untuk akuisisi tambang batubara sebesar US$ 150 juta–US$ 180 juta. Sebagian sumber pendanaan tersebut berasal dari pinjaman bank. "Sudah ada beberapa bank yang mau mendukung," imbuh Adrian.
 

Syarat akuisisi
 

ABMM pun tak ingin terburu-buru mengakuisisi tambang batubara baru. Sebab, proses pencarian tambang bukan perkara mudah. Syarat yang mesti dipenuhi untuk menilai calon tambang batubara baru tergolong banyak.

Contohnya, kandungan minimum kalori batubara harus mencapai 4.000 kcal/kg. Di samping itu, lokasi tambang yang dipilih juga harus strategis, supaya tidak membebani biaya produksi.

Tambang batubara milik ABMM di Kalsel memiliki kandungan kalori batubara 4.200 kcal/kg. Lokasi tambang perusahaan ini dekat dengan laut, sehingga mempermudah distribusi. Menurut Adrian, syarat tersebut paling penting. Sebab, harga jual batubara akan berkolerasi dengan kandungan kalori komoditas. Jika kalorinya rendah, maka harga jualnya juga rendah.

Selain itu, jika lokasi tambang jauh maka margin yang diperoleh ABMM bisa makin tipis. "Kalau kami punya batubara kalori tinggi tapi lokasi tambangnya jauh dari laut, margin kami akan kecil karena ada peningkatan biaya distribusi," terang Adrian.

ABMM cukup getol dalam mencari tambang, lantaran IUP tambang batubara ABMM di Kalsel tinggal tiga tahun. Sehingga, volume produksi batubara dari kawasan tersebut secara gradual akan menurun. Pasalnya, sisa cadangan batubara di sana tinggal 18 juta ton dan lokasi aktivitas tambang kian menyempit.

Dadik menjelaskan, biasanya rata-rata produksi batubara di area tambang Kalsel mencapai 5,5 juta ton per tahun. Namun, di tahun ini target produksi di tambang tersebut tersisa 4,7 juta–4,9 juta ton. "Tahun depan dan seterusnya jumlah produksi akan terus berkurang," proyeksi dia. Walau produksi berpotensi menyusut, tambang batubara milik ABMM di Kalsel akan tetap produktif. Sebab, ada beberapa anak perusahaan ABMM yang juga menjalankan bisnisnya di kawasan penambangan tersebut.

Misalnya, PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistik) yang beraktivitas di bidang jasa logistik terintegrasi. CKB Logistik melayani kebutuhan distribusi batubara dari pihak ketiga, sehingga berpotensi menambah pendapatan bagi induk perusahaan.

Potensi tersebut makin besar mengingat tambang batubara ABMM di Kalsel memiliki fasilitas pelabuhan yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan lainnya. "Ketika produksi turun, pendapatan dari jasa logistik bisa mengompensasi kekurangan tersebut," ujar Adrian.

Adrian melanjutkan, ABMM berupaya menggenjot produksi batubara di tempat penambangan milik perusahaan di Aceh untuk menutupi kekurangan di Kalsel. Tambang tersebut dikelola cucu perusahaan ABMM, PT Mifa Bersaudara, yang berada di bawah kendali PT Reswara Minergi.

Cadangan batubara di Aceh 250 juta ton sementara IUP di sana berlaku hingga 2027. Namun, kekurangan di sana adalah kandungan kalori batubara yang lebih rendah ketimbang batubara di Kalsel.

Meski begitu, Adrian memperkirakan kontribusi tambang batubara di Aceh akan semakin besar dalam beberapa waktu ke depan. "Tahun depan, target produksi batubara ABMM 13 juta–14 juta ton. Sebagian besar dari tambang di Aceh," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×