Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Isu politik di Amerika Serikat (AS) menimbulkan tekanan pada laju dollar. Ditambah dengan angka inflasi yang mengecewakan, The Greenback berpotensi kembali tertekan di hadapan yen pada awal pekan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (12/5), pairing USD/JPY terkikis 0,42% ke level 113,38 dibanding sehari sebelumnya.
Analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy memaparkan, dollar AS mendapat tekanan setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memecat Direktur FBI, James Comey. Pemecatan tersebut mendapat kecaman dari beberapa pihak lantaran dianggap bernuansa politik.
"Isu politik di AS menimbulkan keraguan atas kebijakan ekonomi fiskal Presiden Trump termasuk reformasi pajak," papar Nizar.
Padahal, prospek kenaikan suku bunga The Fed sebelumnya terus menjaga tren penguatan The Greenback. Namun akhirnya USD terkikis oleh mata uang yen yang tengah minim sentimen dari Jepang.
Pada akhir pekan lalu, Jepang merilis data pasokan uang bulan April yang tumbuh 4,3% secara tahunan atau naik dari bulan sebelumnya sebesar 4,2%. Tetapi data tersebut tidak banyak member pengaruh pada laju JPY. Sementara data neraca berjalan Jepang bulan Maret justru turun ke surplus ¥ 1,73 triliun dari bulan sebelumnya surplus ¥ 2,29 triliun.
Data inflasi AS semakin mendukung peluang koreksi lanjutan USD/JPY pada awal pekan. Pada Jumat malam (12/5) AS merilis data inflasi bulan April dengan hasil 0,2%, meski membaik dari bulan sebelumnya di minus 0,3%. Sementara penjualan ritel di level 0,4% juga lebih rendah dari proyeksi sebesar 0,6% meski nak dari bulan sebelumnya 0,1%.
Pada Senin (15/5), pasangan USD/JPY minim sentimen baik dari AS maupun Jepang. Nizar memperkirakan Yen akan kembali unggul terhadap USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News