Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) PT Indosat Tbk (ISAT) kian dekat. Emiten saham telekomunikasi ini akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 10 triliun. Di tahap pertama, ISAT akan mengeluarkan Rp 2,5 triliun. Surat utang tersebut terdiri dari jenis konvensional sebesar Rp 2,2 triliun dan sukuk Rp 300 miliar. "Kupon 8% sampai 10%. Kisaran itu," ungkap Adrian Prasanto, Kepala Divisi Humas ISAT, kepada KONTAN, Jumat, (24/10).
Andromeda Tristanto, Hubungan Investor ISAT, mengatakan, perusahaan ini sedang mengajukan penerbitan empat seri untuk obligasi konvensional. Surat utang tersebut terdiri dari tenor tiga tahun, lima tahun, tujuh tahun dan 10 tahun. Sedangkan untuk sukuk, ISAT ingin mengeluarkan tiga seri, yaitu berjangka tiga tahun, lima tahun dan tujuh tahun. ISAT akan menyerahkan dokumen tahap dua kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Selasa, (28/10). Ini adalah detail rencana penggunaan dana hasil obligasi.
Rencananya, ISAT akan menggunakan dana hasil obligasi ini untuk dua keperluan. Pertama, 28% atau Rp 700 miliar untuk sebagian biaya lisensi hak penggunaan frekuensi. Kedua, ISAT akan menggunakan sekitar 72% atau Rp 1,8 triliun untuk membayar utang yang jatuh tempo di akhir tahun ini dan awal tahun depan.
ISAT mencatat beberapa obligasi yang akan jatuh tempo. Sebut saja, obligasi Indosat ketujuh tahun 2009 seri A Rp 700 miliar yang jatuh tempo 8 Desember, obligasi Indosat keenam tahun 2008 seri B Rp 320 miliar jatuh tempo 9 April 2015 dan sukuk ijarah Indosat IV tahun 2009 seri A yakni Rp 28 miliar yang jatuh tempo 8 Desember tahun ini.
Selain itu, ISAT juga memiliki utang sebesar Rp 1,5 triliun kepada Bank Central Asia (BCA) yang akan jatuh tempo pada 10 Februari 2015 mendatang Tarik pinjaman bank Sebagai penjelasan mengenai penerbitan obligasi ini, ISAT akan melakukan paparan publik pada 6 November mendatang.
Sementara, obligasi akan terbit pada akhir November atau awal Desember. Selain itu, ISAT pun akan merampungkan penarikan revolving credit facility (RCF) dari tujuh bank pada November mendatang. Andromeda menyebutkan, ISAT telah menandatangani perjanjian dengan dua bank. Pekan depan, ISAT akan kembali melakukan perjanjian dengan satu bank lagi. Nilai revolving credit facility senilai US$ 450 juta. Sebagian besar pinjaman itu akan berdenominasi rupiah. "Indosat mau mengubah komposisi utang lebih banyak ke rupiah ketimbang dollar. Dan jumlah utang menurun tahun depan," harap Andromeda, kepada KONTAN.
Analis MNC Securities Reza Nugraha menilai, ISAT harus secepatnya membayar utang-utangnya. Argumen dia, suku bunga dikhawatirkan meningkat tahun depan. Ia menyadari, penambahan utang baru dapat menimbulkan tekanan terhadap arus kas ISAT. Nah, tingginya utang inilah yang membuat kinerja emiten saham ini kalah dibandingkan dengan para kompetitor.
Reza memprediksikan, laba ISAT berpotensi turun pada tahun ini. Namun, pendapatan emiten ini masih bisa tumbuh 2%. Ia merekomendasikan hold di harga Rp 4.100. Pada penutupan perdagangan Jumat (24/10) harga saham ISAT turun 0,13% di Rp 3.725 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News