kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.702.000   23.000   1,37%
  • USD/IDR 16.464   -56,00   -0,34%
  • IDX 6.653   107,27   1,64%
  • KOMPAS100 949   14,52   1,55%
  • LQ45 746   13,70   1,87%
  • ISSI 207   3,46   1,70%
  • IDX30 388   7,11   1,87%
  • IDXHIDIV20 466   6,06   1,32%
  • IDX80 108   1,74   1,64%
  • IDXV30 111   0,71   0,65%
  • IDXQ30 127   1,87   1,49%

Investor memburu CTRP dan CTRS


Jumat, 17 Juni 2016 / 07:52 WIB
Investor memburu CTRP dan CTRS


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Investor mulai memburu saham emiten Grup Ciputra. Hal ini menyusul rencana merger tiga emiten Grup Ciputra: PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Ciputra Property Tbk (CTRP) dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS).

Kelak, ketiga emiten melebur menjadi satu perusahaan, yakni CTRA. Pada Kamis (16/6), harga saham CTRP ditutup menanjak 5,36% menjadi Rp 590 per saham. Adapun CTRS menguat 4,33% ke Rp 2.170 per saham. Sedangkan harga CTRA naik tipis 0,36% menjadi Rp 1.380 per saham.

Ellen May, seorang investor saham mengatakan, rencana merger Grup Ciputra adalah sentimen positif yang mengangkat harga saham CTRP dan CTRS. Menurut dia, saham yang paling menarik adalah CTRP karena pola terknikalnya. Jika saham ini berhasil breakout Rp 600 per saham, maka diperkirakan dalam jangka menengah berpotensi ke Rp 900 per saham.

Sedangkan CTRS, kata Ellen, masih sideways menguji target Rp 2.300 per saham. Jika target itu tembus, maka berpotensi menuju Rp 2.500. Sedangkan target harga CTRA adalah Rp 1.600.

Analis Panin Sekuritas, Fikri Suhada menambahkan, aksi Grup Ciputra akan menyebabkan kapitalisasi pasar emiten hasil merger membesar. Diharapkan sahamnya semakin likuid. Penilaian serupa disampaikan David Nathanael, analis First Asia Capital.

Menurut dia, saham Grup Ciputra semakin menarik di mata investor setelah merger. Namun Fikri dan David belum bisa memprediksi efek merger terhadap investor publik CTRA, CTRP dan CTRS. Juga belum diketahui efek terhadap peningkatan aset Grup Ciputra, sebab mekanisme merger belum ditetapkan.

"Meski secara finansial ketiganya sudah terkonsolidasi, pasti ada perubahan aset karena tanah saat ini masih di book value. Jika merger harus dimasukkan ke PER value," jelas Fikri.

Mengacu data RTI, jika aset ketiga emiten Grup Ciputra digabung, maka nilainya Rp 42,71 triliun. Angka ini melampaui aset PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) senilai Rp 42,03 triliun dan aset PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) senilai Rp 36,69 triliun.

Analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya menilai, kenaikan harga saham CTRP dan CTRP merupakan bentuk antisipasi investor terhadap rencana merger tersebut. Dia bilang, investor berharap mendapat cuan menarik saat merger berlangsung.

Tapi William belum bisa menghitung dampak rencana merger terhadap harga saham CTRP dan CTRS lantaran mekanisme merger belum jelas. Dia optimistis, harga kedua saham berpeluang naik.

Proyeksi itu juga ditopang sentimen positif penurunan kembali suku bunga Bank Indonesia alias BI rate menjadi 6,5%. Sebelumnya, Direktur CTRA Tulus Santoso mengatakan, tiga emiten Grup Ciputra sudah lama berencana merger, tapi terkendala aturan pajak merger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×