Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang syariah mencatatkan kinerja dan minat tertinggi dari pelaku pasar di antara produk reksadana syariah lain. Manajer investasi (MI) memproyeksikan kinerja dan minat investor pada reksadana pasar uang syariah akan semakin bertumbuh di tahun depan.
Berdasarkan data Infovesta hingga 24 Desember berdenominasi rupiah, kinerja reksadana pasar uang syariah tumbuh 2,92% secara year to date (ytd). Sementara dana kelolaan atawa asset under managemnet (AUM) reksadana pasar uang syariah naik 11,48% menjadi Rp 862,18 miliar per akhir November.
Di periode yang sama, kinerja reksadana pendapatan tetap syariah naik 2,65% ytd. Sementara AUM reksadana tersebut naik 2,53% menjadi Rp 189,66 miliar.
Sedangkan, kinerja reksadana campuran syariah naik 2,22% ytd dan AUM naik 13,08% menjadi Rp 110,54 miliar. Namun, kinerja reksadana saham syariah turun 5,09% ytd dengan AUM juga turun 1,51% menjadi Rp 94,04 miliar.
Baca Juga: Selektif Memilih Produk Investasi di 2022
Erik Susanto Head of Investments Specialist and Portofolio Manager PT Eastspring Investments Indonesia mengatakan minat investor pada reksadana pasar uang syariah cukup tinggi di sepanjang tahun ini meski suku bunga rendah. Menurut dia, investor tetap tertarik karena reksadana pasar uang syariah mampu memberikan kinerja yang lebih baik dibanding deposito. Dengan karakteristik produk yang serupa deposito, tetapi lebih likuid, dan imbal hasil lebih tinggi jadi daya tarik bagi investor.
Minat investor pada reksadana pasar uang syariah tinggi juga karena didukung pertumbuhan jumlah investor reksadana yang tembus 6,1 juta per Oktober. Dari jumlah tersebut setengahnya menaruh dana di pasar uang. "Reksadana pasar uang ini bisa dikatakan sebagai pengganti deposito bagi generasi milenial dan generasi Z," kata Erik, Selasa (28/12).
Di tahun depan, Erik memproyeksikan minat investor pada reksadana pasar uang syariah akan tetap tinggi. Sentimen yang mendukung datang dari rencana The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) untuk mulai menaikkan suku bunga acuan.
Di sisi lain, masih tingginya volatilitas pasar dan ketidakpastian terhadap pandemi dan munculnya varian-varian baru membuat investor lebih menyukai instrumen investasi yang minim risiko dengan kinerja stabil seperti reksadana pasar uang.
Baca Juga: Menilik Kinerja Reksadana Syariah di Tahun 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News