Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah menguat tipis di tengah sepinya pasar keuangan Amerika Serikat (AS). Investor menantikan pelantikan Presiden Trump untuk melihat arah kebijakan pemerintah AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, rupiah menguat tipis terhadap dolar AS sejalan dengan investor mengantisipasi serangkaian pengumuman kebijakan Donald Trump. Para investor masih berhati-hati menunggu Trump dilantik pada Senin (20/1) siang waktu Amerika atau Selasa dini hari waktu Indonesia.
"Volume perdagangan juga cenderung rendah sepanjang sesi karena pasar AS tutup untuk memperingati hari libur Martin Luther King Jr," kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (20/1)
Di samping itu, mata uang kawasan Asia, termasuk Indonesia, cenderung menguat didukung oleh panggilan telepon antara Xi Jinping dan Donald Trump pada hari Jumat pekan lalu. Sentimen ini meningkatkan optimisme tentang meredanya ketegangan antara kedua negara besar tersebut.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Terkoreksi pada Selasa (21/1), Investor Fokus ke Pelantikan Trump
Sementara itu, lanjut Josua, People’s Bank of China (PboC) mempertahankan suku bunga kebijakannya (loan prime rate) untuk tiga bulan berturut-turut pada Januari 2025. Melemahnya Yuan telah membatasi kemampuan PBoC untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, harapan akan retorika yang tidak terlalu keras terhadap China tumbuh, setelah Trump tidak menyebutkan rencana tarif perdagangan selama rapat umum kemenangan di Washington, Minggu (19/1). Namun, Trump menegaskan kembali rencana untuk menindak tegas imigrasi dan mengurangi pengawasan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan domestik.
Presiden terpilih AS itu telah berjanji untuk mengenakan bea masuk hingga 60% pada semua impor China, dan juga menargetkan Meksiko dan Kanada dengan tarif yang lebih tinggi. Langkah AS tersebut berpotensi mengganggu perdagangan global, dan menjadi pertanda buruk bagi ekonomi yang didorong oleh ekspor.
Tiongkok diperkirakan akan mengeluarkan langkah-langkah stimulus yang lebih agresif untuk mengimbangi hambatan ekonomi dari potensi kenaikan tarif. Adapun data Produk Domestik Bruto (PDB) yang dirilis minggu lalu sesuai ekspektasi pemerintah di 5% menunjukkan perbaikan dalam ekonomi China setelah digelontorkannya stimulus.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,006% ke Rp 16.372 Per Dolar AS Pada Senin (20/1)
Dari domestik, Ibrahim menilai, rupiah didukung optimisme Presiden Prabowo yang percaya diri ekonomi bisa tumbuh di atas 8% selama era pemerintahannya. Indonesia diyakini tumbuh solid di tengah kondisi tensi geopolitik dan geoekonomi, serta persaingan yang semakin keras di antara blok-blok ekonomi antara kekuatan besar.
"Optimisme pertumbuhan ekonomi di atas 8%, harus dibarengi dengan konsumsi masyarakat yang terus meningkat, investasi asing kembali masuk, dan lapangan pekerjaan kembali marak," ucap Ibrahim dalam risetnya, Senin (20/1).
Menurut Ibrahim, rupiah kemungkinan melanjutkan tren penguatan di perdagangan Selasa (21/1) di rentang Rp 16.310 per dolar AS–Rp 16.370 per dolar AS. Sedangkan, Josua memperkirakan, rupiah berpotensi cenderung melemah terbatas di kisaran Rp 16.325 per dolar AS–Rp 16.450 per dolas AS.
"Pada hari Selasa, rupiah diperkirakan bergerak cenderung melemah terbatas akibat antisipasi investor terkait pernyataan Trump dalam inaugurasi besok," imbuh Josua.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (20/1), rupiah spot ditutup menguat tipis 0,08% secara harian ke level Rp 16.367 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia menguat 0,01% ke level Rp 16.372 per dolar AS.
Selanjutnya: Ramaikan Live Shopping 12.12, Vierlin Store Gandeng Fuji Utami
Menarik Dibaca: Hujan Turun di Daerah Mana? Ini Ramalan Cuaca Besok (21/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News