CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.800   -121,00   -0,77%
  • IDX 7.322   55,53   0,76%
  • KOMPAS100 1.120   5,81   0,52%
  • LQ45 885   5,41   0,62%
  • ISSI 222   1,93   0,88%
  • IDX30 453   1,57   0,35%
  • IDXHIDIV20 545   1,27   0,23%
  • IDX80 128   0,70   0,54%
  • IDXV30 137   1,60   1,18%
  • IDXQ30 151   0,42   0,28%

Investor asing rawan aksi jual jika BI turunkan bunga acuan terlalu cepat


Minggu, 18 Agustus 2019 / 22:05 WIB
Investor asing rawan aksi jual jika BI turunkan bunga acuan terlalu cepat


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan depan Bank Indonesia (BI) akan kembali menggelar Rapat Dewan Gubernur untuk bulan Agustus. Keputusan RDG BI nanti dapat menentukan arah pasar obligasi Indonesia dalam waktu dekat.

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, dengan rentetan sentimen negatif yang muncul belakangan ini seperti perang dagang dan potensi resesi ekonomi global, pemangkasan suku bunga acuan oleh BI yang terlalu cepat malah akan memicu keluarnya dana asing dari pasar obligasi Indonesia secara berkelanjutan.

Asal tahu saja, nilai kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) telah berkurang Rp 7,28 triliun sepanjang Agustus berjalan menjadi Rp 1.005,76 triliun hingga Rabu (14/8).

Menurut Desmon, untuk saat ini BI kemungkinan akan mengikuti arah The Federal Reserves dahulu. Lagi pula, BI masih bisa melakukan kebijakan akomodatif lainnya di luar pemangkasan bunga acuan. Misalnya menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM).

Baca Juga: Catatkan kenaikan harga, ini rekomendasi analis untuk saham emiten Grup Sinar Mas

“BI juga bisa melakukan intervensi dengan masuk ke pasar obligasi kalau yield SUN terus naik,” imbuh dia, akhir pekan lalu.

Ia juga berpendapat, sentimen negatif seperti ancaman resesi ekonomi global sejauh ini hanya bersifat sementara saja. Sebab, fenomena inversi yield US Treasury sebenarnya telah beberapa kali terjadi sepanjang tahun ini dengan melibatkan seri-seri yang berbeda. Namun nyatanya, resesi ekonomi global belum benar-benar terwujud hingga saat ini.

Di sisi lain, fundamental ekonomi Indonesia juga tidak mengalami banyak perubahan di tengah ketidakpastian global. Memang, data neraca dagang bulan Juli lalu kembali defisit sebesar US$ 63,5 juta. Akan tetapi, para pelaku pasar telah price in dengan hasil data tersebut.

“Beberapa bulan ke depan, pasar obligasi Indonesia masih sangat prospektif,” ujar Desmon.

Dengan demikian, ia menilai, tidak ada salahnya bagi investor untuk tetap masuk ke pasar obligasi domestik sekalipun sentimen global belum sepenuhnya bersahabat.

Baca Juga: Masih rentan, pasangan EUR/USD diprediksi bakal lanjut tertekan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×