kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor asing di SBN belum tumbuh seperti di pasar saham


Minggu, 17 Oktober 2021 / 20:08 WIB
Investor asing di SBN belum tumbuh seperti di pasar saham
ILUSTRASI. Pengunjung melintas dekat papan edukasi investasi di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) belum mengalami pertumbuhan pesat seperti yang terjadi di pasar saham. Jumat (15/10), level indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah lebih dulu meningkat ke level 6.600 berkat bertambahnya jumlah investor yang masuk.

Sementara, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), Rabu (13/10), jumlah kepemilikan asing di SBN sebesar Rp 953,70 triliun. Jumlah tersebut cenderung menurun 0,83% secara month to date dari Rp 961 triliun di akhir September 2021.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan sentimen yang menumbuhkan kinerja IHSG memang berbeda dengan pasar obligasi. "Ketika pasar saham pulih, pasar obligasi belum tentu bergerak seiringan," kata Yudha, Jumat (15/10).

Sementara, penyebab pasar obligasi belum ramai tumbuh karena pelaku pasar masih mempertimbangkan kemungkinan sentimen negatif di pasar obligasi dari terjadinya inflasi dan kenaikan suku bunga di berbagai negara setelah berhasil menangani pandemi Covid-19. Yudha mengatakan yield US Treasury juga berpotensi naik dan spread dengan yield Surat Utang Negara (SUN) jadi mengecil.

Baca Juga: Di tengah peringatan 44 tahun kembalinya pasar modal Indonesia, ada kabar gembira

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/10), yield SUN berada di level 6,2%. Sementara yield US Treasury di 1,57. Spread kedua yield tersebut sebesar 463 bps. Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini mengatakan spread yang membuat asing tertarik masuk adalah di atas 500 bps.

Meski begitu, Yudha tetap optimistis hingga akhir tahun investor asing akan perlahan masuk ke pasar obligasi. Sentimen yang mendukung datang dari makroekonomi Indonesia yang kuat.

Mikail juga mengatakan makroekonomi Indonesia dapat memberikan sentimen positif, seperti neraca perdagangan surplus dan defisit transaksi berjalan yang tetap rendah. Dari data ekonomi tersebut, Mikail mengapresiasi posisi yield SUN yang jadi stabil di level 6,2% - 6,3% saat ini. 

Mikail menilai seharusnya yield SUN saat ini berada lebih tinggi mengarah ke 6,6%-6,8% hingga akhir tahun. Namun, yield SUN saat ini berhasil tertahan di level 6,2% karena disokong makroekonomi yang kuat.

Hanya saja, Mikail memproyeksikan kepemilikan asing di SBN masih akan sulit tumbuh tinggi karena terganjal yield yang cenderung stagnan di level saat ini hingga akhir tahun. Mikail mengatakan yield belum akan turun karena terganjal defisit pada APBN 2021 sebesar 5,59% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: Ditopang generasi muda, 3 juta investor saham terlampaui

Sedangkan, di satu sisi Yudha mengatakan selama pemerintah bisa menjaga rupiah tetap stabil maka valuasi dari pasar obligasi masih menarik asing untuk masuk.

Suplai obligasi yang berkurang jelang tutup tahun juga menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi di tengah investor asing belum ramai masuk. "Biasanya jika penerbitan obligasi berkurang sementara permintaan stabil atau bertambah, maka harga obligasi berpotensi naik," kata Yudha.

Mengutip Bloomberg, pemerintah mengumumkan rencana penerbitan obligasi di sepanjang tahun ini menurun ke Rp 879,5 juta dari rencana awal di Rp 924 juta. Mikail juga berpandangan suplai obligasi yang berkurang dapat membawa sentimen positif bagi pasar obligasi.

Yudha optimistis yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun berpotensi menurun ke 5,7% di akhir tahun ini.

Selanjutnya: The Fed ubah kebijakan moneter, volatilitas pasar bisa kembali tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×