Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beragam sentimen negatif mendorong terjadinya aksi jual atau net sell oleh investor asing di pasar obligasi Indonesia dalam sebulan terakhir.
Berdasarkan keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu), nilai kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berkurang Rp 6,78 triliun sepanjang bulan April lalu menjadi Rp 960,34 triliun.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, investor asing mulai tampak melakukan penjualan obligasi di pertengahan April lalu. Terbukti, pada 15 April lalu total kepemilikan asing di SBN sempat menyentuh level Rp 953,14 triliun, padahal sehari sebelumnya berada di level Rp 968,40 triliun.
Walau tidak menyebut secara rinci, Fikri menilai, hal tersebut cukup dipengaruhi oleh adanya sejumlah obligasi pemerintah yang jatuh tempo di periode pertengahan April. Namun, karena waktunya berdekatan dengan pelaksanaan pemilu, belum semua nilai obligasi yang jatuh tempo ini diinvestasikan kembali oleh investor asing.
“Investor asing cenderung menunggu keputusan yang jelas terkait hasil pemilu sekaligus perkembangan arah perekonomian Indonesia oleh pemerintah terpilih nanti,” ungkapnya, Senin (6/5).
Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja melanjutkan, tren pelemahan rupiah yang terjadi menjelang akhir April turut mendorong investor asing untuk menjual kepemilikan obligasinya di Indonesia. Ini mengingat investor asing dikenal cukup sensitif terhadap pergerakan mata uang.
Pelemahan rupiah di bulan lalu cukup dipengaruhi oleh tren kenaikan harga minyak dunia serta mulai meningkatnya kebutuhan dollar AS seiring musim dividen.
Di samping itu, keputusan The Federal Reserves yang masih mempertahankan kebijakan suku bunga acuan AS juga mempengaruhi minat investor asing di pasar obligasi domestik. Sebab, sebagian investor asing merasa bahwa penurunan suku bunga acuan masih harus menunggu waktu lama.
Kendati demikian, efek sentimen tersebut tidak sebesar sentimen-sentimen lainnya. “Selama suku bunga acuan AS tidak naik, itu sudah cukup baik. Jadi tidak perlu terburu-buru,” pungkas Eric, hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News