Reporter: Vina Anggita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen alat berat, PT Intraco Penta Tbk (INTA) optimistis menatap sisa tahun 2022. Buktinya, perusahaan yakin bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 770 miliar di sepanjang tahun ini.
Dengan capaian pendapatan tersebut, INTA berharap juga bisa mengantongi laba kotor sebesar Rp 95 miliar hingga tutup tahun nanti.
Sekretaris Perusahaan Intraco Penta Astri Duhita Sari mengatakan, untuk posisi laba masih mengalami kerugian sebesar Rp 62 miliar, yang disebabkan adanya beban bunga senilai Rp 49 miliar dan beban operasional lainnya.
"Akan tetapi kerugian diprediksi akan turun sebesar 86% dibandingkan dengan tahun lalu," sebut Astri, kepada Kontan.co.id, Rabu (6/7) lalu.
Dia melanjutkan, dari sisi target pendapatan tahun ini, diproyeksikan sebanyak 47% akan berasal dari penjualan unit atau alat berat. Kemudian disusul penjualan part service dan maintenance sebanyak 38%, bisnis rental 13%, dan 2% sisanya dikontribusi dari bisnis manufaktur.
Baca Juga: Sebulan Berlalu, BEI Belum Juga Buka Kembali Perdagangan Saham Intraco Penta (INTA)
"Masih tingginya harga komoditas di tahun 2022 akan menjadi katalis positif bagi perusahaan," ujar Astri.
INTA belum merilis secara resmi kinerja keuangan periode semester I-2022. Namun pihaknya mencatat bahwa realisasi penjualan alat berat sudah mencapai 92% dari target per Juni tahun ini. Dengan demikian, INTA pun optimistis target tahun ini akan tercapai selama pasar alat berat tetap kondusif.
"Fokus bisnis INTA di tahun ini berfokus pada sektor-sektor yang masih mengalami pertumbuhan positif yaitu Mining, Construction and Plantation," sambungnya.
Di tahun 2022 ini INTA berencana mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar Rp 52,8 miliar. Dana capex tersebut di antaranya akan digunakan untuk mendukung bisnis rental alat berat perusahaan.
Per Maret lalu, Intraco Penta mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 168,46 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dari realisasi pendapatan usaha pada Maret tahun sebelumnya yang senilai Rp 144,41 miliar.
Dari sisi bottom line, INTA membukukan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 25,08 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News