Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham dalam negeri masih dihantui sentimen eksternal yakni dari lonjakan level inflasi Amerika Serikat (AS) yang bakal mempengaruhi keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga.
Senior Investment Analyst Infovesta Utama, Edbert Suryajaya menilai, tingginya inflasi di AS akan membuat The Fed tetap agresif dalam mengerek suku bunga acuan di bulan ini.
Jika terjadi, dia menilai hal ini akan mendorong Bank Indonesia (BI) untuk melakukan penyesuaian suku bunga. Jika tidak, arus dana asing yang keluar akan semakin kencang.
Adapun pada perdagangan Senin (18/7), asing tercatat melakukan net sell atau jual bersih sejumlah Rp 550,40 miliar. Sepanjang pekan lalu net sell asing mencapai Rp 15,36 triliun.
Baca Juga: Emiten Masih Ramai Gelar Stock Split, Saham-saham Berikut Menarik untuk Dilirik
Edbert menilai tingginya inflasi ditambah kekhawatiran resesi akan menghantam hampir semua sektor. Sedangkan, emiten yang punya bisnis stabil dan profitabel lebih bisa tahan dari tekanan ini.
"Saham-saham dari emiten yang sudah lebih matang, serta valuasi yang murah. Jadi kembali lagi ke konsep value investing," jelas dia kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.
Di tengah kondisi pasar yang volatilitasnya cukup tinggi, Edbert menyarankan untuk memperbanyak porsi uang tunai, yang mana reksadana pasar yang bisa jadi alternatif, sambil menunggu kondisi pasar.
Sementara untuk investor yang lebih sophisticated, bisa menggunakan momen fluktuatif pasar ini untuk melakukan trading.
"Untuk kelas aset obligasi, dengan adanya potensi kenaikan suku bunga biasanya akan menekan harga obligasi, jadi untuk saat ini belum dulu," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News