Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) bisa mencapai pertumbuhan pinjaman yang lebih kuat di semester II 2023. Anggaran belanja pemerintah yang lebih besar akan berdampak positif bagi prospek ekonomi yang pada akhirnya meningkatkan pinjaman.
Analis CGS CIMB Sekuritas Handy Noverdanius & Utami Ratnasari dalam riset 26 Juli 2023 mengatakan, pertumbuhan pinjaman BBNI akan dipercepat di semester kedua 2023. Bank BNI mempertahankan panduan pertumbuhan pinjaman 7%-9% untuk tahun 2023 karena semester kedua diyakini akan menjadi periode pinjaman yang lebih kuat.
“BBNI yakin prospek makro ekonomi akan lebih baik dan meningkatnya pengeluaran pemerintah pada paruh kedua 2023 akan menghasilkan pertumbuhan pinjaman yang lebih baik,” jelas Handy.
Emiten perbankan pelat merah ini melaporkan pertumbuhan pinjaman sebesar 4,9% yoy menjadi Rp 650,77 triliun di semester pertama 2023.
Pertumbuhan itu didorong oleh pinjaman kepada korporasi sektor swasta yang bertumbuh 17% yoy atau senilai Rp 239,3 triliun. Sementara, pinjaman kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpantau turun 10,2% yoy di semester I 2023.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Bank BNI (BBNI) yang Bakal Lakukan Stock Split
Di kategori pinjaman kecil, BBNI berhati-hati dalam mengembangkan portofolio pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) karena ketidakpastian subsidi suku bunga KUR. Di segmen komersial, BBNI mengatakan akan terus fokus pada kualitas pinjaman karena segmen ini menyumbang 27% dari likuiditas berisiko (LAR) pada akhir Juni.
Sementara itu, Handy mengungkapkan, BBNI menurunkan sedikit panduan Net Interest Margin (NIM) untuk tahun 2023. Pada laporan terbarunya, BBNI menurunkan panduan NIM tahun 2023 menjadi 4,6% dari setidaknya 4,7% karena sikap yang lebih hati-hati terhadap pinjaman KUR, serta pertumbuhan pinjaman pihak ketiga ataupun deposito yang lebih lambat.
Namun, BBNI mengatakan yield pinjaman (loan yield) bergerak datar di kuartal kedua 2023, terlepas ini merupakan strategi mengurangi risiko. BBNI menaikkan yield pinjamannya sebesar 48% dari total buku pinjamannya di semester pertama 2023, tetapi manajemen masih melihat ruang untuk repricing lebih lanjut.
Handy mengatakan, BBNI yakin akan mampu menjaga biaya kreditnya di bawah 1,5% tahun ini. Di mana bimbingan biaya kredit BBNI dipertahankan pada 1,4% hingga paruh pertama 2023.
Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah BNI terus membaik yakni turun 30 bps QoQ menjadi 2,5% di semester I 2023. Sedangkan, Loan to Asset Ratio (LAR) mencapai 16,1% di semester pertama yang menurun 3,5% yoy.
Bank BNI menargetkan LAR bisa turun di kisaran 12%-13% pada akhir tahun karena pertumbuhan pinjaman yang konservatif dalam dua tahun terakhir dan strategi pengurangan risikonya.
BBNI membukukan laba bersih Rp 5,1 triliun di kuartal kedua atau lebih rendah 2,7% qoq, sehingga membawa laba bersih BBNI tercatat sebesar Rp 10,3 triliun atau bertumbuh 17% yoy di semester I 2023. Capaian itu baru mencapai 48% dari konsensus Bloomberg terhadap proyeksi laba setahun penuh karena pertumbuhan pinjaman dan NIM yang lebih lemah.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Bank BNI (BBNI) yang Bakal Lakukan Stock Split
Dengan demikian, Handy menegaskan kembali rekomendasi Add untuk BBNI, namun dengan target harga lebih rendah yaitu Rp 11.300 per saham dari Rp 11.600 per saham.
Katalis pemeringkatan ulang harga saham BBNI dapat berasal dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dan NIM yang lebih baik dari perkiraan. Dan juga, risiko penurunan termasuk pertumbuhan kredit yang lebih lambat dari perkiraan serta kualitas aset yang memburuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News