kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip Prospek TBS Energi Utama (TOBA) yang Gencar Masuk ke Energi Hijau


Senin, 14 Februari 2022 / 07:50 WIB
Intip Prospek TBS Energi Utama (TOBA) yang Gencar Masuk ke Energi Hijau


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) secara perlahan mengubah bisnisnya menjadi energi baru terbarukan (EBT). Sebelumnya TOBA dikenal sebagai perusahaan pertambangan batubara.

Analis BRIDanareksa Sekuritas Hasan Barakwan menyebut, TOBA berencana untuk membentuk kembali bisnis intinya yang berfokus pada energi terbarukan dalam beberapa tahun ke depan

TOBA menargetkan 80% pendapatannya akan dihasilkan oleh bisnis energi hijau pada tahun 2025, melalui pembangkit listrik energi terbarukan dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) roda dua di Indonesia.

Per kuartal ketiga 2021, kinerja TOBA masih ditopang oleh bisnis terkait pertambangan batubara, dimana segmen ini menyumbang 83% dari total pendapatan TOBA. Bisnis penambangan TOBA saat ini menghasilkan sekitar 14 juta ton batubara, dengan total cadangan batubara yang dapat menopang operasi penambangan selama 3 tahun sampai  4 tahun mendatang.

Langkah serius TOBA untuk bertransformasi menjadi perusahaan energi terbarukan ditandai dengan divestasi kepemilikan di Paiton Energy pada Agustus 2021.

Baca Juga: Gandeng Gojek dan TBS Energi (TOBA), Pertamina Patra Niaga Kembangkan SPBKLU

TOBA mereinvestasi kembali arus kas yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil ke bisnis hijau. Hasan menyebut, TOBA berencana untuk menjadi perusahaan yang netral karbon pada tahun 2030 dengan menghentikan bisnis pertambangan batubara secara bertahap.

Langkah serius TOBA masuk ke bisnis EBT juga dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan atau joint benture (JV) bernama Electrum dengan menggandeng Gojek. Langkah awal untuk mengejar target tersebut adalah penandatanganan nota kesepahaman atau MoU dengan Gogoro.

Belanja modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik sekitar US$ 700 juta. Porsi TOBA dalam penyediaan belanja modal ini akan sebesar US$ 350 juta, karena TOBA mengempit 50% kepemilikan di Electrum. Saat ini, TOBA sedang dalam tahap memperkenalkan e-skuter ini kepada pengendara Gojek melalui skema sewa.

 

Hasan berpandangan bahwa TOBA layak mendapatkan valuasi premium dibandingkan dengan emiten penambang batubara lainnya. “Karena TOBA tidak akan lagi dinilai sebagai perusahaan batubara dalam 2 tahun sampai 3 tahun ke depan,” tulis Hasan dalam riset, Jumat (11/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×