Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan hasil Pilpres April lalu, yang memenangkan pasangan 01 Joko Widodo-Maruf Amin. Hal tersebut pun langsung direspons positif oleh pasar.
IHSG hari ini menguat 0,75% ke 5.951,37. Analis pun menilai, hasil resmi pemilu ini bisa menjadi katalis positif bagi indeks saham dalam jangka pendek.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, sebetulnya yang ditunggu pasar bukan hasil dari KPU, melainkan kepastian hukum bagi paslon terpilih. "Sebetulnya pasar sudah mengetahui siapa yang menang, tapi lebih kepada kepastian hukumnya yang ditunggu-tunggu," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).
Adapun KPU menilai, Jokowi-Ma'ruf unggul atas Prabowo-Sandiaga dalam Pilpres 2019 dengan perolehan suara 55,50% dari total suara sah sebanyak 154.257.601 suara
Wawan juga menyampaikan, berkaca pada Pemilu 2014 pasar akan mulai memperlihatkan kenaikan pada Oktober nanti saat pelantikan sebagai presiden. "Baru setelah itu, tinggal menunggu kabinet yang dipilih sama Jokowi," tambah
Pun juga peluang kenaikan masih ada ketika Polri dan TNI bisa bekerja sama menciptakan situasi kondusif. "Dengan begitu indeks setidaknya bisa menguat ke 6.000 sebelum lebaran," katanya.
Meski begitu, sentimen eksternal juga masih masih sangat kuat, khususnya soal petang dagang. Jadi menurut Wawan, untuk menjangkau IHSG ke level 6.400 ini harus menunggu kepastian dari eksternal.
Belum lagi, pertumbuhan ekonomi di kuartal I yang turun dan neraca dagang yang defisit, masih menjadi sentimen negatif. "Tapi secara keseluruhan, momen pemilu ini bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG dalam jangka pendek," tutur dia.
Jokowi efek tidak terlalu besar
Wawan juga melihat Jokowi Efek di tahun ini tidak terlalu besar seperti lima tahun lalu. Pada 2014, IHSG bisa naik hingga 20%, sementara untuk tahun ini setidaknya masih bisa naik sekitar 10%.
Untuk pemilihan saham lima tahun ke depan, Wawan masih merekomendasikan saham-saham blue chip. Apalagi berkaca di lima tahun sebelumnya, asing akan banyak masuk ke saham blue chip seperti sektor tambang, telekomunikasi dan consumer goods.
"Secara historis yang diburu asing memang itu, karena mereka juga melihat mana perusahaan yang selama ini profit dengan keadaan politik yang sudah baik dan mana bisnis yang diuntungkan," jelas Wawan.
Tapi ia berharap lima tahun nanti ada sektor saham baru di bursa efek yakni saham teknologi seperti fintech. Setidaknya itu sejalan dengan visi misi Jokowi dan berdampak baik bagi industri dan pasar modal.
Wawan mengatakan, saham defensif bisa menjadi pilihan seperti BBCA, TLKM, UNVR, dan ICBP. Tapi ia juga menilai saham MNCN patut untuk dilirik. Selain kinerjanya bagus saham MNCN ini sentimennya baik karena pemiliknya Hary Tanoesoedibjo menjadi salah satu timses Jokowi.
"Secara sentimen pasti diuntungkan tapi kinerja juga bagus karena dari penjualan digital dan iklan juga masih positif," katanya.
"Bisa fokus pada saham defensif yang saat ini lagi murah karena saya prediksi volatilitas pasar bursa belum reda karena minggu depan masih ada aksi balas membalas terkait perang dagang," tutup Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News