Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Intiland Development Tbk (DILD) kembali mencari pendanaan eksternal. Padahal, sebelumnya Intiland sudah menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar. DILD masih butuh dana tambahan karena ekspansi di tahun ini membutuhkan dana sekitar Rp 1,8 triliun.
Manajemen Intiland mengaku sudah mendapat komitmen pinjaman dari perbankan Rp 700 miliar. Direktur Intiland, Archied Noto Pradono mengatakan, DILD akan mendapatkan komitmen utang dari satu bank lokal dalam waktu dekat. Bunga pinjaman bank tersebut 10% per tahun.
Bunga pinjaman itu lebih rendah dari rata-rata bunga perbankan yang didapat Intiland selama ini yaitu 12%. Bunga pinjaman yang rendah tersebut diharap bisa menghemat beban bunga Intiland.
Maklum, Intiland baru saja menerbitkan dua seri obligasi, yakni pertama obligasi bertenor tiga tahun Rp 346 miliar dengan kupon 9,75%. Dan kedua, berjangka waktu lima tahun senilai Rp 154 miliar dengan kupon 10%.
Archied bilang, pendanaan dari obligasi ini sedikit mengurangi beban bunga Intiland. Sebab, sampai kuartal I 2013, Intiland menanggung beban bunga dari utang bank Rp 20,93 miliar. "Dengan obligasi dan pinjaman bank yang lebih murah, kami menghemat biaya bunga hingga 2% per tahun," jelas dia, Jumat (5/7).
Sebagian besar dana obligasi akan digunakan mengembangkan bisnis anak usaha di bidang perumahan, kawasan mixed use dan high rise. Intiland juga akan mengembangkan kawasan industri di Jawa. Perseroan ini juga berencana memperbesar landbank. "Namun kami belum bisa bilang akan bidik tanah di mana karena masih dalam proses pengkajian," kata Archied.
Pendanaan belanja modal alias capital expenditure (capex) dari pinjaman ini diklaim tidak akan membahayakan neraca keuangan Intiland. Sebab, rasio utang terhadap modal alias debt equity ratio (DER) Intiland masih 28,6%.
Capex Intiland yang sebesar Rp 1,8 triliun di tahun ini memang naik 20% dari tahun sebelumnya. Belanja modal ini akan digunakan membangun sejumlah proyek besar. Diantaranya, proyek kawasan terpadu yang terdiri dari gedung perkantoran, ritel, apartemen, dan hotel di Surabaya bernama Praxis. Proyek lainnya adalah proyek mixed use South Quarter di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan.
Dari hasil ekspansi tersebut, Intiland menargetkan pendapatan bisa mencapai Rp 1,5 triliun. Artinya, pendapatan Intiland di tahun ini akan meningkat 19,05% dari 2012 sebesar Rp 1,26 triliun. Pertumbuhan pendapatan diharapkan akan meningkatkan laba bersih DILD menjadi Rp 300 miliar di tahun ini dari Rp 181 miliar di 2012. Intiland juga menargetkan marketing sales bisa mencapai Rp 2,2 triliun. Selama kuartal I, Intiland sudah memenuhi separuh dari target marketing sales. Jumat (5/7) harga DILD melemah 1,06% ke Rp 465.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News