Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen kayu dan furnitur, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) yakin bisa memenuhi target pertumbuhan penjualan sebesar 25% hingga akhir tahun 2022. Perusahaan ini berusaha mencari siasat agar kinerja ekspornya tidak terganggu oleh ketidakpastian ekonomi global.
Modal WOOD untuk meraih kinerja yang positif sepanjang tahun ini tentu sudah ada. Per kuartal I-2022, penjualan bersih WOOD melambung 116,11% year on year (yoy) menjadi Rp 1,97 triliun. Laba bersih WOOD juga melesat hingga 102,89% (yoy) menjadi Rp 206,61 miliar di periode yang sama.
Mayoritas penjualan bersih WOOD di kuartal pertama 2022 masih berasal dari segmen manufaktur ekspor yang terdiri atas penjualan building component atau komponen bangunan sebesar Rp 1,44 triliun dan furnitur sebesar Rp 459,84 miliar.
Baca Juga: Sepanjang 2022, Integra Indocabinet (WOOD) Targetkan Pertumbuhan Penjualan 25%
Wang Sutrisno, Direktur Integra Indocabinet mengatakan, WOOD bukannya tak menghadapi tantangan. Di kuartal kedua 2022, harus diakui ada sedikit pelemahan permintaan ekspor, terutama dari Amerika Serikat (AS).
Maklum, Negeri Paman Sam mengalami lonjakan inflasi yang signifikan dan terancam terjerembab dalam resesi ekonomi. Tingginya inflasi di AS tentu membuat The Fed mengerek suku bunga acuannya secara agresif, sehingga berdampak kenaikan suku bunga kredit di sektor perumahan AS.
“Sektor perumahan cukup berkaitan dengan permintaan building component dan furnitur,” kata Wang dalam paparan publik virtual, Jumat (15/7).
Baca Juga: Permintaan Terus Menguat, WOOD Akan Memperluas Pasar Ekspor
Pasar AS begitu penting bagi WOOD mengingat negara tersebut berkontribusi di atas 90% terhadap penjualan ekspor perusahaan ini. Walau demikian, Manajemen WOOD tetap menjadikan AS sebagai tujuan ekspor utama.
Biar bagaimanapun pasar AS sangat besar dan masih banyak potensi yang bisa digali di sana. Apalagi, secara umum ekspor produk-produk berbasis kayu Indonesia ke AS masih tergolong minim yakni sekitar 5% di tiap tahun.
“Pasar AS sangat besar. Kalau ada satu wilayah di AS yang mengalami penurunan permintaan, maka ada wilayah lainnya yang mengalami peningkatan,” ungkap Wang.
Terlepas dari itu, WOOD tetap berupaya melirik penjualan ekspor ke negara-negara lainnya, salah satunya adalah kawasan Eropa. Pasokan furnitur dan building component di Eropa saat ini sedang seret setelah Rusia menghentikan keran ekspor produk tersebut semenjak berkonflik dengan Ukraina. Padahal, Rusia merupakan salah satu negara penghasil produk kayu terbesar di dunia.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Bertekad Melanjutkan Tren Positif Kinerja Tahun Ini
Wang menyebut, beberapa negara produsen kayu seperti Brazil mulai mengalihkan sasaran ekspornya dari AS ke Eropa. Tak ayal, WOOD juga punya kesempatan untuk melakukan hal serupa, meski tanpa harus melupakan penjualan ekspor ke AS. “Kami coba jajaki peluang ekspor ke pasar-pasar di Eropa,” imbuh dia.
Manajemen WOOD memastikan pasokan produk building component dan furnitur dimilikinya tetap aman. Perusahaan ini pun sudah mengamankan order penjualan produk sampai bulan Oktober mendatang.
Lantaran kapasitas pabrik masih terjaga, WOOD belum berniat untuk kembali melakukan ekspansi di sisa tahun ini. Sebelumnya, WOOD membeli pabrik baru di Lumajang, Jawa Timur, yang telah dioperasikan pada awal tahun ini sehingga meningkatkan kapasitas produksi building component 20%. Pabrik tersebut berdiri di atas lahan seluas 17 hektare (Ha).
Sebaliknya, Manajemen WOOD saat ini akan lebih fokus meningkatkan kemampuan pemasaran produk secara digital, termasuk mengoptimalkan penjualan melalui berbagai platform e-commerce. Perusahaan ini juga menjajaki peluang untuk menggaet brand ambassador dan berkolaborasi dengan desainer-desainer furnitur lokal maupun mancanegara demi memperkuat branding sekaligus penjualan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News