kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Instrumen obligasi dinilai layak dikoleksi di tahun 2021, ini alasannya


Sabtu, 02 Januari 2021 / 07:13 WIB
Instrumen obligasi dinilai layak dikoleksi di tahun 2021, ini alasannya
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi turut mengubah landskap dunia investasi tanah air, apalagi sepanjang 2020 Bank Indonesia telah memangkas 125 bps bunga acuan, dari 5,00% menjadi 3,75%. 

Sejumlah analis menaksir penurunan bunga acuan justru bakal membuat instrumen seperti obligasi justru menarik buat dikoleksi tahun ini. “Penurunan bunga bank secara teoritikal akan menaikkan harga obligasi, diikuti emas, dan saham,” ujar Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto juga sepakat soal ini, obligasi baik yang diterbitkan pemerintah maupun korporasi akan punya nilai tambah di tahun 2021.

Baca Juga: MNC Vision Networks (IPTV) tambah 2,86 miliar saham baru lewat private placement

Meski demikian, ia juga memberi catatan terutama buat investor yang akan mengoleksi obligasi korporasi. Investor mesti cermat buat menilai korporasi penerbit obligasi, sebab pemulihan ekonomi tak akan terjadi secara instan. 

“Sebenarnya tidak ada segmen yang spesifik, bisa dilihat rating, dan pemiliknya. Terutama yang perlu diwaspadai soal risiko gagal bayar sebab pemulihan ekonomi masih butuh waktu,” ujarnya kepada KONTAN. 

Koleksi obligasi juga bisa dilakukan investor dengan kombinasi reksa dana saham, campuran, maupun pendapatan tetap. Sementara sejumlah instrumen investasi lain seperti emas harganya dinilai akan cenderung turun. 

Ini terkait mulai sentimen positif yang ditimbulkan dari ketersediaan vaksin Covid-19. Maklum harga emas melonjak tahun lalu akibat kekhawatiran pandemi. Rudiyanto pun menilai, tahun ini sejumlah sentimen bakal melemahkan harga emas. “Sentimen pendorong emas untuk tahun 2021 agak minim," katanya.

Baca Juga: Saham sektor tambang masih direkomendasikan tahun ini, jangan lupa diversifikasi

Pertama, tarif pajak dari AS diperkirakan akan naik sehingga aksi quantitative easing oleh Bank Sentral AS tidak sebesar yang diperkirakan. Secara historis, semakin tinggi  quantitative easing, semakin tinggi harga emas,” sambungnya. 

Adapun alasan kedua disebutnya disebutnya akibat pemulihan ekonomi. Makin baik kondisi, masyarakat juga bakal makin mengurangi kepemilikan emas, dan beralih ke instrumen yang lebih lebih berisiko seperti saham.

Selanjutnya: Investor ritel domestik bikin rekor frekuensi transaksi BEI 1,7 juta kali sehari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×