Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor otomotif diproyeksikan akan mendapat guyuran katalis positif setelah pemerintah memutuskan untuk memperpanjang insentif PPnBM. Langkah ini seiring dengan volume penjualan mobil pada Mei yang mencatatkan perlambatan.
Adapun, penjualan mobil untuk wholesales mengalami penurunan 30,5% dari 78.908 unit pada April menjadi 54.815 unit pada Mei. Sementara penjualan mobil untuk ritel pada Mei hanya sebesar 64.175 unit atau turun 19,3% dari penjualan April yang sebanyak 74.499 unit.
Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis mengatakan, angka penjualan volume mobil tersebut relatif masih baik mengingat pemulihan di sektor otomotif masih terus berjalan. Apalagi pemerintah baru saja mencanangkan untuk memperpanjang relaksasi PPnBM hingga Agustus.
“Tentunya perpanjangan insentif PPnBM akan menurunkan harga jual mobil yang pada akhirnya bisa meningkatkan permintaan. Saham-saham sektor otomotif akan mendapatkan sentimen positif dari kebijakan tersebut,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (18/6).
Lebih lanjut, dengan perpanjangan insentif PPnBM, Edward optimistis target volume penjualan mobil dari Sucor Sekuritas sebesar 700.000 - 750.000 unit akan bisa tercapai pada tahun ini.
Selain insentif PPnBM, Edward juga menilai tingkat vaksinasi yang terus membaik juga akan akan membuat angka mobilitas berangsur pulih dalam jangka menengah. Dus, ini akan memberikan dampak positif terhadap angka penjualan mobil ke depan.
Baca Juga: Insentif PPnBM sokong sektor otomotif, Astra International (ASII) jadi top pick
Belum lagi dengan penguatan harga komoditas yang cenderung tinggi. Menurutnya, hal ini berpotensi membuat daya beli masyarakat terutama yang di luar daerah Jawa mengalami peningkatan.
“Untuk risiko pada sektor otomotif ini, sebenarnya kebanyakan sifatnya masih jangka pendek. Seperti peningkatan kasus Covid-19 belakangan ini yang kemungkinan bisa memaksa pemerintah untuk memperketat pembatasan sosial. Hal ini berpotensi menghambat pemulihan aktivitas ekonomi,” imbuh Edward.
Edward menambahkan, terdapat juga faktor kekurangan semiconductor chip secara global, khususnya di China dan Taiwan. Kurangnya pasokan semiconductor diiringi dengan permintaan akan semikonduktor yang justru meningkat. Hal ini pada akhirnya berpotensi akan menghambat produksi mobil dalam jangka menengah.
Dari berbagai emiten sektor otomotif, Sucor Sekuritas menjadikan PT Astra International Tbk (ASII) sebagai top pick mereka. Edward menjelaskan, ASII akan diuntungkan dengan pemulihan pada penjualan mobil melalui penjualan volume yang lebih tinggi dan margin dealership yang lebih tinggi.
Edward juga menilai, kinerja ASII juga akan didukung oleh sektor non-otomotif. Seperti bisnis pembiayaan yang akan membaik setelah tahun lalu mengalami pelemahan akibat provisi (CKPN) yang tinggi. Begitupun dari bisnis alat berat yang akan diuntungkan dengan membaiknya harga komoditas seperti batubara.
“Kami pun merekomendasikan untuk beli saham ASII dengan target harga di Rp 7.000 per saham,” pungkas Edward.
Baca Juga: Permintaan meningkat, Suzuki Indomobil Sales (SIS) berupaya penuhi permintaan pasar
Berikut rekomendasi untuk saham-saham dari emiten otomotif:
1. PT Astra International Tbk (ASII)
Perbaikan kinerja ASII pada tahun ini tidak hanya akan ditopang oleh peningkatan penjualan volume mobil seiring adanya insentif PPnBM dan pemulihan aktivitas ekonomi. ASII juga akan diuntungkan dengan membaiknya kinerja pada bisnis pembiayaan serta bisnis alat berat akibat membaiknya harga komoditas. Laba bersih ASII diproyeksikan bisa naik 70% dari Rp 10,3 triliun pada 2020 menjadi Rp 17,5 triliun pada 2021. Perolehan tersebut masih di luar keuntungan divestasi BNLI.
Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis merekomendasikan untuk beli saham ASII dengan target harga Rp 7.000 per saham.
2. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
Sepanjang 2020 IMAS mencatatkan total pendapatan sebesar Rp 15,23 triliun atau turun 18,21% dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 18,62 triliun. Dari sisi bottom line, IMAS justru membukukan rugi bersih Rp 545,89 miliar pada 2020. Capaian ini berbanding terbalik dari tahun 2019 dengan laba Rp 170,06 miliar. Salah satu anak perusahaan IMAS yang bergerak di bidang impor dan ekspor kendaraan PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS), berencana melakukan penambahan modal melalui rights issue.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan untuk beli saham IMAS dengan target harga Rp 1.000 per saham
3. PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)
MPMX mengambil langkah agresif dengan merevisi target pertumbuhan pendapatan dari yang semula 10-15% dari realisasi tahun lalu, menjadi 20-25%. Untuk mencapai target tersebut, MPMX akan bertumpu pada empat segmen bisnis, yakni, distribusi dan ritel, transportasi, asuransi, dan entitas asosiasi. Apalagi, tren pertumbuhan penjualan motor di MPMX terus berlanjut sejak kuartal III-2020 silam.
Analis Erdikha Elit Sekuritas Ivan Kasulthan merekomendasikan untuk wait and see saham MPMX dengan target harga Rp 730
Selanjutnya: Astra Auto Trust siapkan sejumlah strategi genjot penjualan mobil bekas di tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News