kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Insentif PPnBM dinilai tidak efektif kerek penjualan mobil, ini alasannya


Minggu, 07 Maret 2021 / 21:48 WIB
Insentif PPnBM dinilai tidak efektif kerek penjualan mobil, ini alasannya
ILUSTRASI. Insentif PPnBM dinilai tidak efektif kerek penjualan mobil, ini alasannya


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sentimen insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor per Maret 2021 bawa pengaruh positif pada penjualan mobil. Namun, analis mengatakan faktor daya beli masyarakat yang belum meningkat menjadi tantangan bagi sektor otomotif. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, mengatakan, insentif pajak memang bisa menjadi sentimen positif bagi sektor otomotif. "Terlihat insentif tersebut memang direspon positif oleh pasar tetapi investor cenderung masih wait and see," kata Chris, Jumat (5/3). 

Di satu sisi pelaku pasar masih bersikap wait and see mengingat jenis kendaraan yang mendapat insentif pajak merupakan kendaraan yang memiliki pasar menengah ke bawah. Sementara, segmen tersebut Chris nilai masih terganggu daya belinya dan cenderung tertahan. 

"Tantangan di sektor otomotif adalah daya beli yang cenderung masih belum bertumbuh dan ekonomi juga masih cenderung melemah," kata Chris. 

Baca Juga: Insentif PPnBM bakal kerek penjualan mobil hingga 40%, simak rekomendasi analis

Henry Wibowo, Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia, juga menilai, insentif pajak yang saat ini pemerintah tetapkan untuk 21 jenis mobil masih kurang luas. Henry melihat pasar roda empat di Indonesia didorong oleh keinginan mengganti atau meningkatkan jenis mobil lama yang dimiliki konsumen. 

Henry berpendapat pemilik mobil tidak akan mengganti mobil mereka dengan jenis mobil yang sama, kecenderunganya ingin ganti jenis mobil yang lebih tinggi harganya. Sementara, insentif pajak pemerintah kurang luas ke mobil dengan CC di atas 2.500.

"Dampak insentif pajak kami nilai akan lebih memberi dampak yang signifikan bila pemerintah memperluas jenis mobil yang dikenakan bebas pajak sehingga masyarakat dimudahkan untuk 'upgrade' kepemilikan mobil mereka," kata Henry. 

Namun, tidak dipungkiri sentimen insentif pajak ini telah mendorong naik harga saham emiten otomotif. Chris berharap sentimen positif ini bisa didukung oleh optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Selama ekonomi masih bergerak lambat maka sektor otomotif cenderung akan tertahan pertumbuhannya," kata Chris. 

Di sektor otomotif, Chris hanya menjagokan PT Astra International Tbk (ASII) di target harga Rp 7.500. "Valuasi ASII per Jumat (5/3) di Rp 5.500 cukup murah," kata Chris. 

Selanjutnya: 10 saham ini paling banyak dilego asing sepekan terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×