Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Untuk mengail untung dalam transaksi saham, investor sejatinya bisa memanfaatkan momentum penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Apabila ingin meraih untung maksimal, praktisi pasar modal Jhon Veter menyarankan, investor sebaiknya berpartisipasi dalam setiap perhelatan IPO, tanpa memilah dan memandang nama-nama perusahaan yang akan go public.
Kenapa demikian? Sebab, harga saham emiten, apapun emitennya, di pasar perdana jauh lebih murah atau sudah terdiskon dibandingkan harga saham di pasar sekunder. Sedangkan harga saham di pasar sekunder cenderung sudah premium. Jika kita masuk ke saham tertentu di pasar sekunder, keuntungan yang didapat tidak maksimal.
Pergerakan saham IPO ketika pertama tercatat di bursa saham biasanya langsung naik. Salah satu faktor yang mengangkat harga saham IPO adalah aksi yang dilakukan para manajer investasi. Para pengelola dana tentu akan memilih dan menyimpan aset tersebut dalam jangka panjang. Dalam membeli saham, manajer investasi juga biasanya akan mempertimbangkan kapitalisasi pasar emiten. Misalnya, "Kapitalisasi emiten A sebesar 1% dari total kapitalisasi Indeks Harga Saham Gabungan, maka sang pengelola dana akan menyisihkan 1% dari total dana kelolaannya untuk membeli saham tersebut," ungkap Jhon.
Investor ritel sebaiknya menggenggam saham-saham emiten IPO dalam jangka pendek atau short term. Jangka waktunya bisa seminggu atau sebulan. Setelah harganya naik 5% sampai 10%, investor bisa ambil untung dulu.
Apalagi, saham IPO tidak bisa dianalisis, baik secara fundamental maupun teknikal. Sebab, "Ketersediaan laporan keuangan dan data perdagangan sahamnya tidak memadai," tutur Jhon.
Harga saham emiten yang baru listing biasanya akan konsolidasi dalam tempo satu hingga dua tahun. Contohnya adalah saham ICBP, yang konsolidasi di level 4.000-6.000. Saat ini harganya di atas 6.000 karena fundamentalnya sudah kelihatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News