kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Inilah alasan harga CPO sulit naik setelah turun 1,33% dalam sepekan


Selasa, 15 Januari 2019 / 15:26 WIB
Inilah alasan harga CPO sulit naik setelah turun 1,33% dalam sepekan


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun menguat dibanding kemarin, tren harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih jauh dari level RM 2.200 per metrik ton. Analis memperkirakan banyak faktor yang mempengaruhinya.

Mengutip Bloomberg, Selasa (15/1) pukul 11.29 WIB harga CPO kontrak Maret 2019 di Malaysia Derivative Exchange naik 0,60% menjadi RM 2.149 per metrik ton dari yang sebelumnya RM 2.136 per metrik ton. Sementara dalam sepekan harga CPO anjlok 1,47%.

Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim menilai, harga CPO akan selalu berada di bawah RM 2.200 per metrik ton pada awal tahun. Ada beberapa alasan yang mempengaruhinya. Pertama, tarif bea impor di India yang sebelumnya diberlakukan dari 30% menjadi 44%. “Setelah ada protes besar, penerapan bea impor tersebut dibatalkan dan realisasinya tarif impor sebesar 30% saja,” ujar Ibrahim.

Kedua, permasalahan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang tak kunjung selesai. Perseteruan ini, diyakini Ibrahim akan terus mempengaruhi pergerakan harga komoditas termasuk CPO. “Apalagi, Presiden Trump berjanji untuk meningkatkan tarif impor Cina senilai US$ 200 miliar pada 2 Maret 2019 jika China gagal mengatasi pencurian kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa dan hambatan non-tarif lainnya. Pasar cemas, ekspor CPO Indonesia dan Malaysia terganggu,” imbuh Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (15/1).

Ketiga adalah persoalan kawasan Uni Eropa yang menolak untuk minyak sawit mentah dijadikan bahan bakar alternatif. Padahal, Ibrahim melihat keinginan pemerintah Indonesia dan Malaysia yang mendorong CPO sebagai bahan bakar alternatif bisa menaikkan permintaan CPO.

Nah, dia bilang dengan ketakutan parlemen Uni Eropa membuat pasar sempat khawatir dan harga CPO bergerak terbatas. “Parlemen Uni Eropa khawatir CPO yang dijadikan bahan bakar alternatif akan menghabiskan hutan di Indonesia. Nah, pernyataan Uni Eropa itulah yang membuat harga CPO melemah,” tandasnya.

Terakhir adalah kelanjutan drama Brexit yang ditakutkan menjadi sentimen pelambatan ekonomi global. Besok, Ibrahim memperkirakan harga CPO berada di rentang RM 2.120 sampai RM 2.147 per metrik ton. Sementara sepekan berada di rentang RM 2.100-RM 2.170 per metrik ton.

Secara teknikal, harga CPO berpeluang melemah secara jangka panjang. Indikator bollinger band serta moving average 20 di atas Bollinger bawah. Sama halya dengan indikator stochastic yang berada di area 60% negatif. RSI dan MACD juga wait and see. Ibrahim merekomendasikan sell CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×