kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini usulan BEI perihal dana repatriasi


Rabu, 27 April 2016 / 19:54 WIB
Ini usulan BEI perihal dana repatriasi


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku siap untuk menampung dana repatriasi yang akan diperoleh dari pengampunan pajak alias tax amnesty. BEI mengusulkan agar dana repatriasi yang jumlahnya triliunan itu bisa masuk ke beberapa instrumen. Selain deposito, saham dan obligasi, menurut BEI, dana itu juga bisa ditampung di instrumen reksadana.

Nah, untuk mencegah dana keluar, instrumen tersebut bisa dikunci (lock up) hingga lima tahun. Produk pasar modal yang diusulkan untuk menampung dana besar itu di antaranya Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK), Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA), Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT), dan Dana Investasi Real Estate (DIRE).

Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengusulkan, deposito, saham dan obligasi bisa dikunci selama tiga tahun. Sementara instrumen reksadana bisa dikunci hingga lima tahun.

Menurutnya, return atau imbal hasil investasi menjadi salah satu hal yang menjadi pertimbangan investor dalam menempatkan dananya. Reksadana dipilih karena bisa memberikan return menarik. Apalagi, saat ini banyak proyek infrastruktur yang bisa dijadikan underlying aset untuk reksadana.

Tito mengatakan, rasio velocity atau nilai transaksi dibanding dengan kapitalisasi pasar (market cap) baru mencapai 30%. Sementara di bursa lain seperti Thailand, bisa mencapai 80%. Itu artinya, masih banyak ruang yang luas untuk menampung dana-dana besar di BEI.

Saat ini, nilai transaksi per bulan hanya sekitar Rp 150 triliun per bulan. "Bursa masih bisa menampung sampai dua kali lipatnya. Sekitar Rp 300 triliun per bulan," ujarnya di Gedung DPR, Rabu (27/4).

Aliran dana yang masuk itu dinilai tidak akan mengguncang stabilitas bursa. Tito bilang, sistem transaksi di BEI saat ini sudah memiliki daya tampung harian mencapai lebih dari 5 juta order. "Kalau nilai transaksi harian naik mencapai Rp 15 triliun saja tidak akan goyang. Karena kita karena pernah ada transaksi Rp 13 triliun per hari, dan baik-baik saja. Infrastruktur kami sudah sanggup menampung," ujarnya.

Jika dana repatriasi mengalir masuk ke BEI, nilai transaksi harian bisa meningkat dan menambah daya tarik pasar modal. Menurut Tito saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang berada dalam teritori positif karena isu tax amnesty. Masuknya dana besar dari tax amnesty ke Indonesia diyakini bisa membuat suku bunga turun, sehingga iklim di bursa saham makin lebih menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×