kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini upaya manajer investasi mengantisipasi penerbitan SBN ritel yang masif


Minggu, 03 Februari 2019 / 17:21 WIB
Ini upaya manajer investasi mengantisipasi penerbitan SBN ritel yang masif


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang mencapai 10 kali di tahun ini memicu manajer investasi untuk berupaya meningkatkan kinerja produk-produk reksadana yang dikelolanya.

Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo membeberkan, pihakya berupaya memaksimalkan obligasi korporasi dengan kupon tinggi dan peringkat utang mumpuni untuk menopang kinerja reksadana terproteksi. Dengan begitu, diharapkan imbal hasil yang diperoleh dari reksadana ini lebih baik dari SBN ritel.

Reksadana terproteksi disebut sebagai instrumen yang bisa disandingkan dengan SBN ritel. Pasalnya, kedua instrumen ini memiliki sejumlah kemiripan. Mulai dari masa penawarannya yang terbatas, adanya indikasi nilai imbal hasil yang diperoleh, hingga jangka waktu investasi yang terbilang pendek.

Walau tidak terpengaruh secara langsung, Bahana TCW Investment juga berusaha meningkatkan kinerja reksadana pendapatan tetap yang dimilikinya agar bisa mengungguli SBN ritel. “Kami berupaya mengatur durasi obligasi dalam portofolio dengan sebaik mungkin dan mempertimbangkan kondisi pasar,” ungkap dia, akhir pekan lalu.

Senada, Direktur Panin Asset Managament Rudiyanto menilai, kehadiran SBN ritel yang cukup masif di tahun ini memberikan tantangan bagi manajer investasi untuk terus meningkatkan kinerja reksadananya.

Tak hanya itu, manajer investasi mesti pintar-pintar dalam menetapkan jadwal peluncuran reksadana baru supaya tidak bentrok dengan jadwal penawaran SBN ritel. “Ini perlu diperhatikan supaya tidak terjadi perebutan dana dari investor,” ujarnya.

Terlepas dari itu, keberadaan SBN ritel tidak bisa selalu diartikan sebagai ancaman bagi industri reksadana. Justru, karena tujuan utama penerbitan SBN ritel adalah menambah jumlah investor ritel, manajer investasi nantinya juga berpeluang merasakan dampak positifnya.

“Investor yang baru pertama kali membeli SBN ritel seharusnya juga akan mencoba produk investasi lainnya seperti reksadana,” tandas Rudiyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×