kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ini tantangan yang menjadi kunci pertumbuhan industri reksadana syariah


Sabtu, 21 April 2018 / 13:24 WIB
Ini tantangan yang menjadi kunci pertumbuhan industri reksadana syariah
ILUSTRASI. Kerjasama antara MAMI dan MES


Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada produk reksadana berbasis syariah memang masih terbilang rendah. Namun, industri reksadana syariah sejatinya masih memiliki potensi untuk bertumbuh seiring meningkatnya pemahaman masyarakat.

Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Friderica Widyasari Dewi, menjelaskan pertumbuhan jumlah investor yang membuka rekening syariah sepanjang 2017 mencapai 89% menjadi 27.400 orang. Di industri reksadana, sejauh ini ada 193 produk reksadana syariah dari 1.969 produk reksadana secara keseluruhan.

“Semakin banyak investor lokal yang concern dengan prinsip syariah. Yang terpenting sekarang bisa menaklukkan tantangannya dulu,” ujar Friderica, Jumat (20/4) kepada Kontan.co.id.

Friderica berpendapat, tantangan perkembangan industri reksadana syariah itu bertingkat-tingkat. Pertama, masyarakat sendiri masih belum banyak yang peduli investasi. Selanjutnya, reksadana juga masih belum begitu dikenal dan dipahami.

“Orang lebih tahu investasi itu saham, padahal ada reksadana juga yang cocok untuk memulai,” katanya.

Tantangan berikutnya barulah soal prinsip syariah itu sendiri. Sebagian masyarakat masih meragukan apakah instrumen investasi pasar modal itu benar-benar syariah. “Itu mengapa literasi dan sosialisasi masih sangat penting untuk dilakukan terus-menerus,” pungkas Friderica.

Pasar modal, tambah Friderica, sudah mendapat fatwa MUI nomor 80 yang isinya menyatakan bahwa mekanisme perdagangan efek di pasar reguler sesuai prinsip syariah.

Adapun, dari segi dana kelolaan atawa asset under management (AUM), KSEI mencatat saat ini persentase reksadana syariah baru 5,79% atau sekitar Rp 30 triliun. Nilainya memang masih jauh lebih kecil dibanding AUM reksadana konvensional sebesar Rp 487 triliun per 20 April kemarin.

Meski begitu, Justitia Tripurwasani, Director & Chief of Legal, Risk, and Compliance Officer Manulife Asset Management (MAMI), menyebut, saat ini persentase jumlah investor reksadana syariah sudah mencapai 32%. Sementara, dari total dana kelolaan MAMI yang sebesar Rp 65,7 triliun, persentase AUM reksadana syariah baru 10% atau sekitar Rop 6,6 triliun.

Justitia optimis, produk reksadana syariah akan semakin diminati. “Tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sehingga semakin besar kebutuhan mengembangkan dana sesuai prinsip syariah,” ujarnya, Jumat (20/4).

Sekadar informasi, saat ini MAMI baru memiliki tiga produk reksadana syariah. Akhir tahun lalu, produk Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF) mengalami lonjakan AUM hingga 2.255% dari US$ 13,8 juta menjadi US$ 324,3 juta. Sementara, produk Manulife Syariah Sukuk Indonesia (MSSI) yang belum genap setahun luncur telah membukukan dana kelolaan Rp 609,7 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×