Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dalam tekanan. Buktinya, sepanjang tahun ini IHSG sudah melemah 14,89% hingga penutupan perdagangan, Senin (2/3). Di awal pekan ini, IHSG ditutup di level 5.361,24, posisi terendah sepanjang 2020.
Koreksi IHSG sepanjang tahun ini membuat market cap atau kapitalisasi pasar saham, termasuk saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turun.
Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, kapitalisasi pasar yang turun signifikan tidak terlepas dari aksi jual dari investor asing yang masih terus terjadi di pasar saham.
Baca Juga: Kapitalisasi saham BUMN melempem, ini saran analis
"Memang asing sedang keluar terus, net sell asing pasti akan menekan hampir semua lini," kata dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (2/3).
Mengutip RTI Business, sejak awal tahun 2020, penjualan bersih asing tercatat hingga Rp 5,03 triliun.
Berdasar penelusuran Kontan.co.id, lima emiten dengan penurunan kapitalisasi pasar terdalam adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), dan PT Elnusa Tbk (ELSA).
Di antara saham-saham di atas, penurunan kapitalisasi pasar terdalam dialami oleh PGAS yang turun 41% sepanjang tahun. Diikuti oleh ADHI dengan koreksi 35,65%, WEGE 35,35%, WSBP 32,78% dan ELSA 32,29%.
Wawan bilang, saham-saham konstruksi seperti ADHI, WEGE dan WSBP cenderung mencatatkan koreksi kapitalisasi pasar yang dalam karena virus corona mendorong pelambatan ekonomi, baik secara global maupun dalam negeri.
Sentimen tersebut berpotensi menggagalkan maupun menunda proyek-proyek konstruksi yang sebelumnya sudah direncanakan. Di sisi lain, beberapa proyek pemerintah sudah selesai. Sehingga, investor mengkhawatirkan pendapatan sektor konstruksi akan menurun.
Adapun faktor pemberat bagi kapitalisasi pasar PGAS adalah sentimen penurunan harga jual gas yang rencananya oleh pemerintah bagi golongan industri.
Sementara itu, faktor pemberat bagi ELSA juga berasal dari virus corona. Dampak virus corona menyebabkan lesunya aktivitas ekonomi, salah satunya aktivitas di pabrik. Hal tersebut ditengarai menurunkan konsumsi minyak.
Menurut Wawan di tengah kondisi yang dalam seperti saat ini, sebenarnya waktu yang tepat bagi investor jangka panjang untuk membeli beberapa saham dengan valuasi yang murah.
Baca Juga: Terpapar virus corona, dana asing diprediksi terus kabur dari pasar saham Indonesia
Adapun saham-saham perbankan plat merah masih menarik untuk akumulasi beli jangka panjang.
"Bank dari fundamental relatif lebih baik karena suku bunga turun. Di sisi lain usaha ini sebenarnya masih profit sehingga lebih oke dibanding sektor lain," jelas Wawan.
Asal tahu saja, beberapa saham BUMN sektor perbankan seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News