Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Commonwealth memiliki beberapa pilihan investasi menarik yang layak dikoleksi di tahun 2022. Pemulihan ekonomi pada tahun 2021 dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang divaksin dan disiplin protokol kesehatan yang ketat diharapkan membawa angin segar dan potensi positif di pasar investasi tahun ini.
Pada 2021, volatilitas di pasar investasi kerap terjadi akibat adanya perubahan pandangan bank sentral AS, Federal Reserve yang mulai bergerak untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan memulai untuk mengurangi pembelian obligasi atau yang dikenal sebagai tapering-off.
Namun, kekhawatiran adanya tantrum akibat tapering The Fed seperti yang pernah terjadi pada tahun 2013 tampaknya tidak terjadi pada kali ini karena Indonesia dianggap sudah jauh lebih siap untuk menghadapi tapering kali ini.
Menurut Chief of Retail & SME Business Bank Commonwealth Ivan Jaya, dunia bisnis akan melanjutkan pemulihan dan pertumbuhannya pada tahun 2022 sehingga proyeksi kinerja pasar saham akan lebih baik dibanding tahun 2022.
Baca Juga: January Effect Diprediksi Masih Akan Terjadi di 2022
“Optimisme pemulihan ekonomi pada tahun 2022 akan terus berlanjut dan membawa perubahan yang lebih baik lagi di dunia investasi. Pasar saham dan reksa dana saham memiliki potensi yang sangat baik di 2022,” kata Ivan dalam keterangan resminya dikutip Minggu (2/1).
Tingginya jumlah masyarakat dunia yang telah mendapatkan vaksin dapat membuat kondisi berubah menjadi endemi serta perkembangan sektor digital dan teknologi di pasar saham domestik yang memberikan darah baru pada tahun 2021 dengan kinerja yang sangat baik.
Ivan bilang, dimulainya era digital di pasar saham Indonesia membuat sektor digital dan teknologi masih memiliki peluang untuk mencatatkan kinerja yang baik pada tahun depan. Ditambah dengan semakin banyaknya perusahaan start up teknologi yang berencana mencatatkan saham perdananya di bursa domestik akan memicu derasnya aliran dana asing ke bursa saham.
Melihat kondisi yang makin kondusif dan bergerak ke arah yang lebih baik, Ivan merekomendasikan untuk memperbesar komposisi reksa dana saham pada portfolio investasi yang tetap disesuaikan dengan profil risiko setiap investor.
Sebagai contoh, untuk investor dengan profil risiko balanced dapat menambah porsi reksa dana saham menjadi 35% dari 30%. Sedangkan, untuk porsi reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang masing-masing 35% dan 30%. Untuk investor yang memiliki profil risiko yang lebih agresif bisa menerapkan komposisi reksa dana saham 65%, reksa dana pendapatan tetap 20% dan reksa dana pasar uang 15%.
Baca Juga: IHSG Diramal Berbalik Menguat, Simak Pergerakan ASII, BBRI, dan TOWR pada Senin (3/1)
Ivan menambahkan, Bank Commonwealth memiliki beberapa pilihan produk reksa dana saham yang baru diluncurkan di akhir tahun 2021 yang cocok untuk investor dengan profil risiko growth, yakni: Reksa Dana BNP Paribas DJIM Global Technology Titans 50 Syariah USD yang merupakan Reksa Dana Indeks Syariah pertama berdenominasi USD di Indonesia yang berinvestasi pada pasar teknologi global.
Selain itu, Bank Commonwealth juga menawarkan produk baru dari PT Ashmore Asset Management Indonesia yakni Reksa Dana Ashmore Digital Equity Sustainable Fund (Reksa Dana Saham berdenominasi Rupiah) yang memiliki positioning yang unik dan merupakan reksa dana pertama di industri yang menawarkan kombinasi antara tema ESG dan digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News