kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab indeks obligasi sempat mencetak rekor


Kamis, 03 Juni 2021 / 20:28 WIB
Ini penyebab indeks obligasi sempat mencetak rekor
ILUSTRASI. Indeks obligasi korporasi dan negara kompak mencetak rekor pada pertengahan pekan ini.


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi nampak sumringah. Indeks obligasi korporasi dan negara kompak mencetak rekor pada pertengahan pekan ini. 

Darma Yudha Head of Fixed Income Trimegah AM menyebut, ada dua faktor yang mendorong pergerakan tersebut. "Masing-masing dari sentimen asing dan domestik," ujar dia kepada Kontan.co.id, Kamis (3/6).

Sebelumnya sempat timbul ekspektasi kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) sehingga yield US Treasury tenor 10 tahun sempat naik ke level 1,8%. Tapi, saat ini sudah mulai stabil di kisaran 1,6%.

Kemudian, hampir di seluruh dunia, suku bunga berada dalam tren rendah. Cuma memang, ada sejumlah negara yang sempat menaikkan suku bunga acuan lantaran yield suku bunga secara riil sudah lebih rendah dibanding tingkat inflasi.

Baca Juga: DPR cecar penyelamatan Garuda (GIAA), ini jawaban lengkap Kementerian BUMN

Berbeda dengan Indonesia yang inflasinya masih rendah. Defisit anggaran pemerintah juga tidak selebar negara-negara tersebut. 

Selain itu, yield SUN tenor 10 tahun saat ini masih di kisaran 6,4%. "Secara rating, kita juga lebih baik sehingga secara valuasi murah. Ini yang dilihat oleh investor asing," terang Darma.

Investor asing juga melihat penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini lebih baik. Ini tercermin dari program vaksinasi yang cukup masif dan angka kasus positif yang belum terlihat naik signifikan dua minggu setelah musim libur Lebaran.

Baca Juga: Pemerintah menerbitkan sukuk global senilai US$ 3 miliar

Darma memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun bisa turun ke level 5,75% hingga akhir tahun. "Jadi, masih ada upside 3%-4% lagi, dengan catatan pandemi tetap tertangani dengan baik," tandas Darma.

Menurut dia, obligasi korporasi maupun pemerintah tetap bisa menjadi pilihan. Cuma memang, obligasi korporasi memiliki risiko, taou mampu menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi,

Sedang obligasi pemerintah bisa dibilang zero risk, tapi kuponnya rendah. "Oleh karena itu, pemilihan pengelola aset obligasi sangat penting," tandas Darma.

Baca Juga: IFG: Dalam 20 tahun ke depan, aset industri asuransi akan naik 5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×