Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Langkah PT Graha Layar Prima Tbk (GLP) melantai di bursa saham masih dipertanyakan. Nilai ekuitas yang minus dalam lima tahun terakhir dan derita kerugian membuat prospek Initial Public Offering (IPO) ini kurang baik.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities mengatakan, secara fundamental, persaingan industri bioskop semakin ketat. Apalagi, ada beberapa pemain baru yang akan masuk di bisnis ini.
Menilik laporan keuangan GLP, per 30 September 2013, perusahaan masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 3,73 miliar. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, pemilik jaringan bioskop Blitz Megaplex ini merugi Rp 194,29 miliar.
Namun pada full year tahun 2012, GLP membukukan laba Rp 115,38 miliar. Tetapi itu pun karena ada laba restrukturisasi atas pinjaman jangka panjang. Dari tahun 2008 hingga tahun 2010, perseroan terus membukukan rugi bersih.
Menurut Edwin, utang GLP yang menumpuk juga harus menjadi pertimbangan investor.
"Inilah alasan mengapa valuasinya tidak bisa pakai Price to Earning (PER) karena kan rugi," kata dia.
Manajemen Blitz pun tidak bisa memberikan petunjuk bagaimana target pendapatan dan laba bersih di tahun ini.
"Kami belum bisa mengatakan target. Tetapi kami terus berekspansi untuk mendorong pendapatan," kata Bratanata Perdana, Direktur GLP.
Menurut Edwin, saham ini akan sulit terserap pasar. Pasalnya, harga saham pun belum ada pembandingnya sehingga akan sulit diserap investor, apalagi ritel.
"Saya pikir ini akan ada stanby buyer-nya. Karena harganya pun sulit diterima. Rasanya sulit kalau ini disebut pure IPO," kata Bratanata.
Sebagai informasi, Indo Premier Securities sebagai penjamin pelaksana efek berkomitmen menyerap penuh saham ini apabila tak terserap pasar.
Yang harus menjadi pertimbangan lainnya, saham publik akan terdilusi akibat adanya konversi saham oleh investor asing, yakni CJ CGV Co. Ltd dan IKT Holdings Limited. "Saya tidak rekomendasikan saham ini karena belum jelas prospeknya," kata dia.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, ada potensi terkoreksinya harga menjelang pelaksanaan konversi saham.
"Investor berpotensi melepas saham," kata dia. Namun, Reza berharap kondisi pasar saham pada saat IPO ini bisa mendorong harga saham GLP.
Menurut Reza, tidak adanya perbandingan industri sejenis dan masih meruginya GLP membuat harga saham ini terlihat premium.
"Kalau penawaran awal di Rp 1.500 orang masih akan menganggap wajar. Tetapi ini harganya cenderung mahal, apalagi tidak ada pembandingnya," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News