Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Setelah sekian lama memilih berhati-hati, kali ini Bank Sentral AS alias Federal Reserve (The Fed) mulai menimbulkan kekhawatiran pasar. Melalui pidato Gubernur The Fed Janet Yellen pada Selasa (24/2) yang memberi sinyal waspada perihal peluang menaikan tingkat suku bunga AS.
Pernyataan waspada Yellen menimbulkan spekulasi kenaikan suku bunga AS akan dilakukan dalam waktu dekat. Jika sinyal ini benar adanya, kenaikan suku bunga yang dijadwalkan pertengahan tahun bisa saja maju.
Dedd Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures memaparkan bahwa sinyal waspada dari Yellen akan menjadi perhatian pasar. Meski sebenarnya secara perekonomian, AS belum cukup stabil.
"Hanya lapangan kerja yang stabil dan terus bertumbuh," kata Deddy. Pemulihan perekonomian masih berjalan lambat walau memang AS masih menjadi negara yang bertumbuh di tengah perlambatan ekonomi global.
Deddy menganalisis desakan terbesar bagi AS untuk naikkan suku bunganya dengan segera berasal dari Eropa. Salah satunya karena terjadi tarik menarik arus investasi AS dan Eropa yang kuat.
"Kita bisa bayangkan berapa besar arus modal yang akan masuk ke pasar ekuitas Eropa ketika paket ekonomi digelontorkan secara berkala," papar Deddy.
Potensi menarik Eropa membuat AS merasa perlu mengantisipasinya lewat suku bunga. AS tidak bisa membiarkan arus modal keluar begitu saja.
"Prediksi saya The Fed akan memperhatikan dampak stimulus Eropa di pasar," jelas Deddy. Stimulus gelombang satu sebesar 60 miliar euro pada awal Maret mendatang akan menjadi penentu.
Begitu keadaan tersebut dinilai mengkhawatirkan investasi di kawasan Amerika, maka AS akan menaikkan tingkat suku bunga. "Agar menahan investasi di negaranya," duga Deddy.
Jadi jika skenario tersebut terbukti, "Kenaikan suku bunga bisa terjadi dalam waktu dekat dan tidak terduga," tutup Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News