Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petronesia Benimel berencana melantai di pasar modal pada kuartal empat tahun depan. Anak usaha PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) itu berniat menghimpun dana sekitar kurang lebih Rp 500 miliar untuk mendanai agenda ekspansi perusahaan.
Direktur Utama Petronesia Benimel, Remon Juhendrik mengatakan, Petronesia Benimel tengah melakukan kajian mendalam bersama konsultan sehubungan dengan rencana ini, termasuk perihal rencana porsi saham perusahaan yang ingin dilepas kepada publik.
“(Jumlah saham yang ingin dilepas ke publik) Itu masih kita kalkulasilah, tapi tentu minoritas ya, tapi masih kita perhitungkan,” tutur Remon saat ditemui Kontan.co.id di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (19/5).
Baca Juga: Petronesia Benimel dan Sulawesi Cahaya Mineral Kerja Sama di Penambangan Nikel
Petronesia Benimel didirikan oleh insinyur bernama Benny Siagian pada tahun 2005 silam. Perusahaan jasa kontraktor yang kini melayani berbagai sektor tersebut memulai bisnisnya sebagai kontraktor minyak dan gas (migas) beberapa tahun silam. Klien yang dilayani meliputi perusahaan-perusahaan migas seperti Pertamina, Chevron, ConocoPhillips, dan masih banyak lagi.
Selang beberapa waktu, Petronesia Benimel melakukan diversifikasi dengan merambah sektor-sektor di luar migas, salah satunya sektor infrastruktur. Dengan langkah ini, Petronesia Benimel turut mengerjakan Jalan Tol Binjai-Pangkalan Brandan, Tol Indralaya-Prabumulih, Tol Pekanbaru-Bangkinang, Tol Bengkulu-Taba Penanjung, dan Tol Padang-Sicincin.
Dalam prosesnya, Petronesia Benimel juga turut bergabung ke dalam bagian dari Hutama Karya Group seturut transaksi pembelian saham Petronesia Benimel oleh anak usaha Hutama Karya, yaitu HKI di tahun 2020. Saat ini, HKI merupakan pemegang saham mayoritas dalam struktur kepemilikan saham Petronesia Benimel dengan kepemilikan saham sebesar 57%.
Langkah diversifikasi Petronesia Benimel tidak berhenti di sektor infrastruktur. Dalam perkembangannya, Petronesia Benimel juga mengendus potensi permintaan jasa dari sektor pertambangan nikel seturut berkembangnya industri baterai kendaraan listrik. Dus, Petronesia Benimel juga berupaya mengeduk berkah tersebut dengan menjajaki kerja sama dengan perusahaan-perusahaan tambang nikel.
Usaha tersebut membuahkan hasil. Yang terbaru, Petronesia Benimel baru saja melakukan penandatanganan Perjanjian Pekerjaan Kerjasama Penambangan Nikel dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) pada Kamis (19/5) lalu.
Pekerjaan yang yang disepakati dalam kontrak kerja sama meliputi pekerjaan pengupasan lapisan, penambangan/produksi bijih nikel, hingga pengangkutan ke tempat penumpukan atau stockpile. Kerjasama ini direncanakan akan berlangsung selama 3 tahun dengan estimasi nilai kontrak senilai Rp 2 Triliun.
Dengan target pasarnya yang terdiversifikasi di berbagai sektor, perolehan kontrak anyar yang dibidik oleh Petronesia Benimel bisa mencapai triliunan dalam setahun. Pada tahun 2021 lalu misalnya, perolehan kontrak anyar Petronesia Benimel mencapai Rp 1,1 triliun menurut catatan Remon.
Baca Juga: Kemenperin Dukung Hilirisasi Berbasis Nikel di Kawasan Industri NIS
Pada tahun 2022 ini, Petronesia Benimel mengincar perolehan kontrak yang lebih agresif seturut pulihnya sektor migas dan juga potensi proyek-proyek baru di tambang nikel.
Target Petronesia, perolehan kontrak baru perusahaan di tahun buku 2022 ini bisa mencapai sekitar Rp 5 triliun. Petronesia mengklaim, perusahaan telah menggenggam total kontrak anyar sekitar Rp 3 triliun sampai dengan pertengahan bulan Mei 2022 ini.
Remon berujar, pihaknya optimistis bisnis jasa kontraktor migas maupun pertambangan nikel memiliki prospek yang menjanjikan ke depannya. Hal ini misalnya ditandai dengan adanya rencana perusahaan nikel untuk meningkatkan volume produksi tahunannya.
Itulah sebabnya, Petronesia Benimel berencana melakukan penawaran perdana saham alias Initial Public Offering (IPO). Dalam rencana Petronesia Benimel, dana segar yang terkumpul bakal digunakan untuk membiayai ekspansi pembelian alat-alat berat seperti misalnya excavator di kelas PC 500 dan PC 400, dozer, dan dump truck.
“Kalau kami enggak melakukan investasi, tentu kami enggak bisa ambil kuenya, itu pilihan. Jadi kami melihat bahwa itu salah satu cara untuk kita bisa terus kembangkan Petronesia,” tutur Remon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News