Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp 7 miliar. Padahal di tahun sebelumnya perusahaan masih mencetak laba bersih sebesar Rp 8,24 miliar.
Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengatakan, pendapatan Indonesian Tobacco di 2019 sebenarnya mengalami kenaikan sebesar 23,8% year on year (yoy) menjadi Rp 166,56 miliar dari sebelumnya Rp 134,51 miliar di 2018. Sementara itu, EBITDA perusahaan pun naik 14,5% yoy.
"Namun dengan adanya denda pajak untuk tahun buku 2015 sebesar Rp 11,84 miliar dan meningkatnya beban keuangan sebesar Rp 6,48 miliar di tahun lalu maka perusahaan mengalami rugi bersih," kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (30/4).
Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) bukukan rugi bersih Rp 7 miliar di 2019
Beban keuangan yang naik tersebut diakui Djonny sehubungan dengan pindah bank dan biaya saat menggelar penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) maka laba bersih tergerus hingga menderita kerugian Rp 7 miliar di tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan ITIC di 2019, beban pokok penjualannya juga terpantau tumbuh cukup signifikan hingga 27% menjadi Rp 122,57 miliar. Kendati beban naik, laba bruto ITIC masih terpantau naik menjadi Rp 43,99 miliar dari sebelumnya Rp 38,42 miliar.
Di sisi lain ITIC juga mencatatkan kenaikan hingga 9 kali lipat penghasilan keuangan hingga Rp 20,58 juta dari yang sebelumnya hanya Rp 2,18 juta.
Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) belum berencana gunakan fasilitas pelunasan pita cukai
Meski begitu perusahaam mencatatkan rugi penjualan aset tetap senilai Rp 27,68 juta dan rugi selisih kurs hingga Rp 9,26 juta dari sebelumnya hanya Rp 696.540.
Adapun total aset Indonesian Tobacco senilai Rp 447,81 miliar atau tumbuh dari tahun sebelumnya sebesar Rp 355,67 miliar. Total liabilitas ITIC pun capai Rp 181,66 miliar dan ekuitasnya Rp 266,15 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News