Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar obligasi pemerintah disinyalir cukup tangguh pada tahun depan. Amunisi surat utang negara (SUN) yang berlimpah pada awal tahun 2016 akan diimbangi dengan kenaikan permintaan.
Sekadar gambaran, pemerintah berencana menerapkan strategi front loading penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Artinya, sebesar 61% dari target penerbitan SBN tahun 2016 akan dieksekusi pada semester pertama tahun depan. Jumlahnya mencapai Rp 324,8 triliun.
Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menyebutkan, sejatinya suplai surat utang yang cukup besar bisa berimbas koreksi harga. Namun, berdasarkan historis sejak tahun 2011, strategi front loading tidak sampai menjatuhkan harga.
“Walaupun suplai meningkat, permintaan investor akan mengimbanginya,” ujarnya, Rabu (16/12).
Menurut Ariawan, permintaan investor cenderung tinggi pada awal tahun, karena umumnya memiliki dana besar dari keuntungan tahun 2015. Investor juga akan memanfaatkan banyaknya pasokan untuk memenuhi kebutuhan.
"Apalagi prospek ekonomi domestik cukup bagus, dengan inflasi yang diperkirakan stabil," imbuhnya.
Inflasi domestik periode Januari-November 2015 tercatat 2,37%. Angka ini masih di bawah target inflasi Bank Indonesia (BI), yaitu 4% ±1%.
Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menambahkan, harga SUN juga bakal tertopang peluang Bank Indonesia (BI) menurunkan BI rate yang saat ini 7,5%.
"Terjaganya inflasi memperbesar kesempatan BI memangkas suku bunga," paparnya. Prediksi Desmon, jika BI rate turun 50 basis poin, yield SUN acuan tenor 10 tahun, FR0070, bisa turun ke kisaran 7,8%-8,2% pada tahun depan.
Ariawan menduga, yield SUN benchmark 10 tahun akan bergulir 7,8%-8,5% pada 2016. Inflasi menjadi katalis Pada sisa tahun ini saja, kata Desmon, sentimen inflasi yang stabil menjadi katalis positif bagi pasar obligasi.
Rabu (16/12), rata-rata harga obligasi negara yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,32% ke level 103,97. Harga seri FR0070 naik 0,92% jadi 96,71. Dus, yield menyusut 16 basis poin dari 9,1% menjadi 8,94%.
Memang, kata Ariawan, masih ada potensi fluktuasi harga SUN pada sisa tahun ini. Pasar akan merespons keputusan suku bunga The Fed. Apabila suku bunga naik, pasar obligasi domestik bisa terkoreksi.
"Tapi, koreksi hanya jangka pendek. Sebab dengan adanya kepastian sikap The Fed justru bisa mengurangi tekanan di pasar negara berkembang," ujarnya. Desmon menduga, pasar SUN akan cenderung menguat hingga tutup tahun ini, karena pasar optimistis terhadap ekonomi domestik.
Bappenas memprediksi, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2015 sebesar 5,1%, naik dari kuartal III-2015 yaitu 4,73%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News