Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Melambatnya inflasi domestik memberi amunisi bagi rupiah. Meski demikian, mata uang Garuda masih rentan terseret perlambatan China.
Kemarin (2/11), di pasar spot, rupiah menguat 0,11% ke Rp 13.669 per dollar AS. Tapi, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah melemah 0,3% menjadi Rp 13.682 per dollar AS.
Research and Analyst Divisi Tresuri Bank BNI Trian Fathria menilai, pencapaian inflasi menjadi sentimen positif rupiah. Inflasi tahunan per Oktober turun ke 6,25% dari sebelumnya 6,83%. Membaiknya inflasi seiring deflasi yang terjadi pada Oktober 2015, yaitu 0,08%.
"Pasar juga optimistis terhadap data pertumbuhan ekonomi yang akan dirilis pekan ini," ujarnya.
Namun, Albertus Christian, Senior Research and Analyst Monex Investindo Futures bilang, penurunan inflasi justru membuka peluang Bank Indonesia memangkas suku bunga.
Ini bisa menjatuhkan rupiah, sebab The Fed ingin menaikkan tingkat suku bunga. "Rupiah juga bisa terseret perlambatan aktivitas pabrik di China," jelasnya.
Albertus menduga, hari ini, rupiah melemah di Rp 13.595-Rp 13.720 per dollar AS. Namun, Trian masih melihat peluang menguat di Rp 13.500- Rp 13.700 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News