Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang bergerak di bidang tembakau iris, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) merilis pencapaian kinerja di kuartal pertama tahun ini.
Dikutip dari keterangan resmi perusahaan pada Selasa (29/6), ITIC berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 45,8 miliar di kuartal I-2021 atau meningkat 2% dibandingkan capaian kuartal I-2020 senilai Rp 44,9 miliar. Selain itu, ITIC juga berhasil meraih peningkatan pada marjin bersih, dari semula 3,9% menjadi 4,3% pada kuartal I-2021.
Lebih lanjut, perusahaan ini mampu mencatatkan peningkatan laba operasional sebelum pajak sebesar 14%, menjadi Rp 3,2 miliar per 31 Maret lalu. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2020 senilai Rp2,8 miliar.
Alhasil, ITIC pun berhasil membukukan laba operasional bersih sebesar Rp 1,9 miliar atau naik 9% dari realisasi di periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,7 miliar. "Hal ini memperlihatkan pencapaian profitabilitas yang stabil dan terjaga," ungkap Presiden Direktur Indonesian Tobacco, Djonny Saksono.
Baca Juga: Pandemi hambat agenda ekspansi pasar Indonesian Tobacco (ITIC)
Hingga 31 Maret 2021, ITIC terpantau membukukan total aset sebesar Rp 510,4 miliar, yang sedikit meningkat dibandingkan aset per 31 Desember 2020 senilai Rp 505,1 miliar.
Djonny menyampaikan dalam keterangan resminya, bahwa kinerja positif yang diraih perseroan di sepanjang tiga bulan pertama tahun ini merupakan hasil dari pertumbuhan penjualan yang dicapai dengan perluasan market share serta inisiatif manajemen dalam melakukan pengendalian biaya, sehingga dapat meningkatkan kualitas performa keuangan perseroan.
"Dan juga memperkuat pondasi perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat agar dapat bertahan lebih kuat pasca kondisi pandemi di tahun-tahun mendatang," kata dia.
Djonnya menambahkan, pencapaian kinerja yang bertumbuh di periode pertama tahun ini, utamanya didorong oleh kuatnya permintaan pada produk tembakau ITIC. Sehingga dia bilang, ITIC akan tetap mempertahankan posisi pangsa pasar yang kuat di wilayah Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
"Dan juga perlahan tapi pasti merebut potensi pasar baru di Sumatera dan Maluku di tengah situasi yang menantang akibat pandemi ini," ujarnya.
Target kerja 2021
Meskipun masih akan banyak tantangan yang dihadapi perseroan ke depannya, ITIC tetap optimistis dapat mencapai target pertumbuhan 10% untuk kinerja pendapatan.
"Ketidakpastian kondisi ekonomi yang semakin menekan pendapatan rumah tangga, tekanan yang cukup besar pada daya beli konsumen, ditambah dengan kenaikan cukai hasil tembakau juga memberikan peluang besar bagi ITIC untuk memaksimalkan strategi penetapan harga," ujar Djonny.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, ITIC mampu mempertahankan pertumbuhan volume penjualan dan pendapatan yang solid meskipun masih harus beroperasi di tengah kondisi pandemi saat ini. Hal itu, disebut Djonny merupakan bukti adanya permintaan positif di pasar.
"Selain itu, kami terus melihat adanya pergeseran preferensi konsumen akan produk tembakau iris dikarenakan penerapan cukai yang lebih tinggi oleh pemerintah pusat," ungkapnya.
Maka dari itu, di sisa tahun 2021, ITIC akan terus bekerja untuk merealisasikan strategi pertumbuhan yang diyakininya dapat tercapai di penghujung tahun nanti.
"Kami akan tetap fokus dalam hal menjaga kualitas produk dan efisiensi operasional, dengan mengedepankan sumber daya manusia yang kami miliki, yang merupakan komponen penting dalam hal realisasi pertumbuhan usaha di jangka panjang," pungkasnya.
Pandemi yang sampai saat ini masih menghantui Indonesia, mendorong ITIC untuk terus menerapkan protokol kesehatan yang ketat guna mencegah risiko penyebaran Covid-19. Protokol tersebut termasuk menjaga jarak aman antara pekerja dengan minimal satu meter, khususnya di unit produksi, persyaratan untuk memakai masker, penggunaan vitamin dan menyediakan pembersih tangan dan wastafel dengan sabun di setiap fasilitas kerja.
Selanjutnya: Indonesian Tobacco (ITIC) catat kinerja positif pada kuartal I, ini pendorongnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News