kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Indonesia Composite Bond Index Melaju Usai Libur Lebaran


Kamis, 27 April 2023 / 15:52 WIB
Indonesia Composite Bond Index Melaju Usai Libur Lebaran
ILUSTRASI. ICBI ditutup di level 356,69, lebih tinggi dari penutupan sebelum libur Lebaran


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) lanjut melaju setelah libur perdagangan dalam rangka Lebaran. Pada Rabu (26/4), ICBI ditutup di level 356,69, lebih tinggi dari penutupan sebelum libur Lebaran, yakni di 355,06 pada 18 April 2023.

Selain itu, posisi tersebut juga melampaui level tertinggi yang dapat ICBI capai dalam dua minggu terakhir. Pada tanggal 16 April 2023, ICBI tercatat ditutup di level 355,22.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, kenaikan ICBI didorong oleh adanya ekspektasi bahwa tren kenaikan suku bunga acuan bakal mencapai puncaknya. Hal ini seiring dengan tingkat inflasi yang semakin menurun.

Sebagai pengingat, inflasi Amerika Serikat (AS) naik 5% secara tahunan pada Maret 2023 dan menjadi kenaikan year on year (YoY) terkecil sejak Mei 2021. Pada Februari 2023, inflasi AS tercatat naik 6% YoY.

Baca Juga: Penerbitan Green Bond Bisa Jadi Sentimen Positif Bagi Pertamina Geothermal (PGEO)

Fajar melihat, pasar obligasi Indonesia masih sangat menarik. Apalagi, tingkat inflasi diprediksi akan semakin mendekati sasaran sejumlah bank sentral pada semester 2 mendatang.

Hal ini akan menjadi faktor penentu bank sentral dalam mengambil kebijakan moneternya. Inflasi yang semakin terkendali hingga mencapai target diharapkan akan membuat bank sentral dunia, termasuk The Fed menghentikan kenaikan suku bunganya.

"Dengan melihat tren inflasi dan suku bunga yang diperkirakan akan mencapai siklus akhir, obligasi menarik dikoleksi karena harganya bakal semakin terkerek," ucap Fajar saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (27/4).

Menurutnya, obligasi negara lebih menarik untuk dilirik karena lebih aman dan likuid meski volatilitasnya juga masih tinggi. Untuk jangka pendek, Fajar menyarankan investor lebih memilih obligasi tenor panjang, yakni di atas 10 tahun.

Pasalnya, obligasi dengan tenor pendek dan menengah sudah mengalami kenaikan cukup signifikan. "Valuasi obligasi dengan tenor panjang masih murah sehingga punya potensi kenaikan lebih besar dibanding tenor pendek-menengah," kata Fajar.

Baca Juga: Minat Perbankan untuk Merilis Obligasi Masih Cukup Tinggi pada Tahun Ini

Terlebih lagi, potensi resesi dan perlambatan ekonomi global bisa membuat tenor-tenor panjang mengalami akselerasi. Sementara tenor pendek dan menengah dibayangi volatilitas yang tinggi karena ketidakpastian inflasi dan suku bunga acuan.

Oleh sebab itu, investor dapat mulai mengoleksi obligasi bertenor panjang yang tergolong undervalued. Apabila tetap tertarik pada tenor pendek dan menengah, maka bisa melakukan trading dengan memanfaatkan momentum serta memperhatikan sentimen inflasi, suku bunga, dan pergerakan yield obligasi AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×