Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sukses membukukan kenaikan volume penjualan sebanyak 5,7% di 2018 menjadi 19,17 juta ton, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), pasang target realistis untuk penjualan di 2019. Tahun ini produsen semen itu menargetkan volume penjualan semen sebesar 4% dari tahun lalu atau sekitar 19,93 juta ton.
Target pertumbuhan penjualan semen INTP sebesar 4% ini sejalan dengan target volume penjualan semen nasional yang dipatok tumbuh 4% ke level 72 juta ton, dengan oversupply sebesar 43 juta ton semen.
"Harapan kita (volume) mau naik 4%, kurang lebih sesuai industri, mudah mudahan bisa," kata Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawijaya, Jumat (22/3).
Christian menilai, kapasitas konsumsi atau permintaan semen di 2019 berkisar 115 juta ton, di mana proyek infrastruktur dan properti juga mulai bergairah. Apalagi, sektor properti baik hunian maupun komersial akan mulai merasakan efek domino dari pembangunan infrastruktur.
"Semester pertama, mungkin kenaikannya hanya 1%, nanti setelah pemilu kita harapkan akan lebih menggeliat dan bisa mencapai pertumbuhan 4%," ungkapnya.
Bahkan, dia mengaku proyek maupun tender mulai berdatangan di 2019. Untuk bulan ini saja, dia mengaku sudah mengantongi lima kontrak, salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Patimban.
Dalam proyek tersebut, INTP nantinya akan berkontribusi untuk menyalurkan 150.000-200.000 ton semen jenis srek. Apalagi, untuk memproduksi srek semen, INTP hanya membutuhkan sedikit batubara, sehingga proyek tersebut diharapkan juga ikut mendukung kinerja emiten di 2019.
Asal tahu saja, di tahun 2018 INTP membukukan kenaikan volume penjualan semen domestik sebesar 5,7% menjadi 18,1 juta ton. Kondisi tersebut diikuti kenaikan tipis dari pangsa pasar nasional INTP dari sebelumnya 25,3% menjadi 25,5% di 2018.
Emiten itu juga mencatatkan peningkatan penjualan klinker domestik sebanyak 47,6% menjadi 960.000 ton di 2018. Sayangnya, aktivitas ekspor justru merosot sebanyak 17,9% di 2018 menjadi 135.000 ton.
Dengan begitu, INTP kembali membukukan penurunan laba usaha di 2018 sebanyak 42,7% dari Rp 1,87 triliun menjadi Rp 1,07 triliun.
Christian mengungkapkan, penurunan tersebut akibat naiknya harga beli batubara, BBM serta kertas kantong.
"Ditambah lagi, adanya pelemahan nilai tukar rupiah di 2018, telah menekan keuntungan di tahun lalu," jelasnya.
Untuk itu, lewat upaya menaikkan harga penjualan semen di tahun lalu, INTP masih berhasil membukukan laba. Bahkan, harga jual yang mulai dinaikkan pada semester II-2018 lalu, masih dianggap stabil hingga saat ini.
"Dengan neraca keuangan yang kuat dan kami tidak memiliki utang bank, kami optimistis akan ada peningkatan permintaan semen domestik di semester II-2019," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News