kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

India dikabarkan akan menghentikan total impor minyak dari Iran


Rabu, 26 September 2018 / 11:10 WIB
India dikabarkan akan menghentikan total impor minyak dari Iran
ILUSTRASI. Minyak mentah


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. India dikabarkan akan menghentikan impor minyak mentah ke Iran mulai November mendatang. Kemungkinan ini kian meningkatkan prospek hilangnya pelanggan utama pasokan minyak Iran setelah sanksi Amerika Serikat (AS) efektif berlaku awal November nanti.

Potensi berhentinya impor minyak India dari Iran terlihat dari beberapa perusahaan penyuling (refiners) yang hingga saat ini belum melakukan permintaan pengiriman untuk November.

Di antaranya, menurut pejabat di perusahaan yang dilansir Bloomberg, Rabu (26/9), Indian Oil Corp dan Bharat Petroleum Corp belum meminta kargo Iran untuk dimuat pada November. Nayara Energy juga tidak merencanakan pembelian apa pun untuk November, kata seorang eksekutif industri tersebut.

Mangalore Refinery dan Petrochemicals Ltd. juga dikabarkan belum membuat nominasi untuk bulan November, tetapi mungkin akan melakukannya nanti, berdsarkan pernyataan seorang pejabat perusahaan tersebut. Adapun, keputusan akhir pembelian minyak ke Iran belum akan final hingga awal Oktober nanti sehingga perusahaan-perusahaan penyuling tersebut masih berkesempatan mengubah pikiran.

Menurut Bloomberg, kebijakan internal terkini itu disampaikan oleh pejabat perusahaan dan eksekutif industri yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

India merupakan pembeli minyak terbesar kedua di Iran. Berdasarkan data tanker-tracking Bloomberg, India mengimpor rata-rata 577.000 barel per hari sepanjang tahun ini atau sekitar 27% dari total ekspor negara Timur Tengah. Dengan Korea Selatan, Jepang dan negara-negara Eropa juga memangkas impor minyak ke Iran menjadi nol, hilangnya permintaan impor India adalah pukulan besar bagi Iran.

Pada saat yang sama, sanksi AS yang akan mulai berlaku pada awal November menciptakan kesenjangan besar di pasar minyak global. Harga minyak mentah Brent, misalnya, mencapai level tertingginya dalam empat tahun di atas US$ 80 per barel. Mercuria Energy Group Ltd. dan Trafigura Group, dua dari perusahaan trading terbesar dunia, memprediksi hilangnya pasokan Iran akan meningkatkan harga minyak menjadi US$ 100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.

Risiko yang sama telah disuarakan oleh beberapa perusahaan minyak terbesar dunia. Chief Executive Officer (CEO) BP Plc Bob Dudley melihat sanksi pada negara OPEC akan memberi dampak yang lebih besar pada pasar saat ini, dibandingkan sanksi pembatasan di putaran sebelumnya enam tahun lalu.

Korea Selatan menjadi negara pertama dari tiga pelanggan minyak utama Iran yang mengindahkan diktat AS dengan menghentikan impor minyak dari Iran sejak bulan lalu. Penyuling Jepang juga telah menghentikan pemuatannya untuk sementara.

India dan Cina menjadi harapan terakhir bagi Iran. Sekitar empat bulan lalu, sejatinya Menteri Luar Negeri India mengatakan bahwa negara itu tidak akan mematuhi pembatasan sepihak dan akan terus membeli minyak mentah Iran. China juga membuat komentar serupa dan dikatakan telah menolak permintaan Amerika untuk memotong impor.

Ketika Trump pada Mei mengumumkan rencana untuk menerapkan kembali sanksi terhadap ekspor minyak Iran, pasar memperkirakan adanya pemangkasan suplai sekitar 300.000 hingga 700.000 barel per hari.

Namun, Kepala Perdagangan Minyak Targigura Ben Luckock mengatakan, konsensus pengurangan suplai kini telah berubah menjadi sekitar 1,5 juta barel lantaran AS dianggap sangat serius mengambil langkah-langkahnya pada sanksi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×