Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar melanjutkan pelemahan setelah rilis angka inflasi Amerika Serika t(AS). Pada perdagangan 11 Agustus 2022 siang, indeks dolar berada di level 105,36 atau turun 1,10% dibanding posisi sepakan kemarin sebesar 106,51.
"Saya melihat hanya koreksi dan pelemahan dolar ini belum dapat dikonfirmasikan akan berkelanjutan. Data terakhir menunjukkan inflasi di AS sudah mulai bergerak lebih rendah, meredakan kekuatiran akan sikap agresif the Fed," ujar Analis DCFX Futures Lukman Leong kepada Kontan.co.id, Kamis (11/8).
Lukman menambahkan hal ini tidak menjamin bahwa The Fed akan keluar dari jalur kenaikan suku bunga. Menurut Lukman, dolar AS masih akan lebih dominan dibandingkan mata uang utama lainnya seperti euro (EUR) dan poundsterling (GBP).
Baca Juga: Rupiah Berpeluang Rebound, Intip Sentimen yang Mempengaruhinya Hari Ini (11/8)
Ekspektasi kenaikan suku bunga dari The Fed masih tetap lebih agresif daripada European Central Bank (ECB) maupun Bank of England (BOE). Di sisi lain, kekuatiran resesi dan ketidakpastian dari perang di Ukraina dan zero-covid policy di China masih mendukung dolar AS sebagai safe haven.
"Dari mata uang utama lainnya, saya melihat hanya dolar Australia (AUD) yang mungkin bisa cukup bertahan dari tekanan dolar AS," ujar Lukman.
Lukman mengatakan pergerakan mata uang AUD di dukung oleh rekor surplus perdagangan dan harga dan permintaan komoditas batubara yang tinggi. Tak cuma aussie, dolar Kanada (CAD) pun masih diuntungkan oleh harga komoditas energi yang tinggi.
Lukman mengatakan yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks dolar berasal dari faktor Inflasi AS dan ekspektasi suku bunga the Fed. Indeks dolar masih akan kembali naik hingga ke 110 dan bisa turun ke 103 jika The Fed berubah menjadi kurang agresif.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Khawatir Subsidi Makin Bengkak karena Kuota Pertalite Kian Menipis
Untuk mata uang rupiah, Lukman menilai neraca dagang Indonesia yang positif dan kenaikan harga batubara menjadi penyokong. Selain itu, kebijakan BI dalam mengintervensi dan menaikkan suku bunga mengimbangi inflasi dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah.
Lukman memproyeksikan rupiah dalam waktu dekat akan berada di level Rp 14.700 per dolar AS-Rp 15.100 per dolar AS dan di akhir tahun akan ada di kisaran Rp 15. 300 per dolar AS-Rp 15.500 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News