kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Indeks Asia menuju level tertinggi sejak Juni 2008


Rabu, 08 Mei 2013 / 13:26 WIB
Indeks Asia menuju level tertinggi sejak Juni 2008
ILUSTRASI. Ada banyak penyebab keputihan yang bisa Anda alami.


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

TOKYO. Bursa Asia masih memberikan senyuman cerah pada transaksi hari ini (8/5). Dengan demikian, kenaikan indeks acuan di kawasan regional ini sudah berlangsung selama tiga hari belakangan. Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 13.22 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,7%, mendaki menuju level penutupan tertingginya sejak Juni 2008.

Sejumlah indeks acuan Asia mencatatkan kenaikan. Indeks Nikkei 225 Stock Average, misalnya, naik 0,74%. Indeks saham lainnya yaitu: S&P/ASX 200 Index Australia naik 0,9%, indeks Kospi Korea Selatan naik 0,1%, dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,6%. Shanghai Composite China juga naik sebesar 0,3%.

Salah satu faktor utama penggerak bursa Asia adalah data neraca perdagangan China yang tumbuh lebih besar ketimbang prediksi para ekonom. Sekadar informasi, secara tidak terduga, tingkat ekspor dan impor China meningkat pada bulan April kendati para ekonom merasa skeptis.

Pengiriman dari China naik 14,7%. Sementara, prediksi ekonom yang disurvei Bloomberg mematok angka sebesar 9,2%. Meski demikian, tingkat pengiriman barang ke AS dan Eropa mengalami penurunan. Sedangkan tingkat impor naik 16,8% dan surplus perdagangan mencapai US$ 18,2 miliar, lebih tinggi dari yang diproyeksikan.

Sementara itu, Matthew Sherwood, head of investment market research Perpetual Ltd berpendapat, saat ini pelaku pasar didorong oleh stimulus yang digelontorkan bank sentral. "Data ekonomi masih dalam kisaran yang labil, di mana data tersebut terbilang lemah sehingga menyebabkan bank sentral terus menggelontorkan stimulus, namun terbilang cukup baik untuk menjaga ekspektasi kinerja menjadi positif," paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×