kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor surut, harga CPO tergencet


Selasa, 22 Juli 2014 / 07:15 WIB
Impor surut, harga CPO tergencet
ILUSTRASI. Kapal pandu baru milik Jasa Armada Indonesia (IPCM).


Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) rontok. Kini, harga minyak nabati ini mendekati level terendah 10 bulan. Pelemahan harga terjadi akibat permintaan surut, dan anjloknya harga minyak kedelai.

Data Bloomberg memperlihatkan, Senin (21/7), CPO untuk pengiriman Oktober 2014 di Malaysia Derivatives Exchange turun 0,48% dibandingkan akhir pekan lalu menjadi RM 2.298 atau setara US$ 724,66 per metrik ton (MT).Bahkan, pada perdagangan pagi, harganya sempat jatuh ke level RM 2.288 per MT. Posisi tersebut mendekati rekor terendah dalam 10 bulan, yang dicetak pada 14 Juli lalu.

Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menyebut, harga semakin landai, karena minimnya permintaan dari negara importir terbesar, yaitu India dan China. Meski data pertumbuhan domestik bruto (PDB) China kuartal II positif 7,5%, namun tak mampu mengangkat ekspektasi permintaan minyak sawit. Sementara, perekonomian India sedang melambat, sehingga importir mengerem pembelian minyak sawit.

Analis MNC Securities, Dian Agustina bilang,  sejak beberapa bulan terakhir, China dan India sudah memperbesar cadangan minyak sawit sebagai antisipasi El Nino. Padahal, sejauh ini, kekhawatiran munculnya badai El Nino yang akan mengganggu produksi, belum terbukti. "Akibatya, stok di kedua negara itu cukup tinggi, sehingga mereka saat ini mengerem pembelian CPO," papar Dian.

 Harga minyak sawit semakin tertekan, sebab di saat bersamaan, harga kedelai pun anjlok. Harga minyak kedelai  terpangkas ke level terendah sejak Februari 2010, seiring outlook kenaikan produksi. "Sebagian pengguna minyak sawit pun memanfaatkan murahnya harga kedelai dengan  beralih sementara ke minyak kedelai," ungkap Dian.

"Pasar terbilang lemah saat ini. Tekanan akibat koreksi harga minyak kedelai dan biji-bijian seperti jagung masih mendominasi pasar," kata Hiro Chai,  Associate Director CIMB Futures di Kuala Lumpur, seperti dikutip Bloomberg, Senin (21/7).

Bisa sentuh RM 2.600

Zulfirman menduga, dalam sebulan ke depan, harga CPO masih akan tetap melemah.  "Satu-satunya fundamental yang ditunggu untuk mengangkat harga hanya faktor El Nino yang mungkin baru terjadi pada pertengahan Agustus mendatang," tuturnya.

Secara teknikal, Zulfirman menyebut, beberapa indikator masih cukup bearish. Ini terlihat dari moving average convergence divergence  (MACD) yang masih turun ke area negatif, minus 37%. Lalu, harga pun berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Ini mengindikasikan masih bearish. Hanya, stochastic sudah di level 12% dan RSI di level 29%, yang artinya sudah jenuh jual (oversold).

Maka, ia memprediksi, sepekan ini, minyak sawit bergulir di kisaran RM 2.250- RM 2.350 per MT. Sementara, Dian menebak, pekan ini, harga CPO bergerak antara RM 2.300- RM 2.320 per MT.

Keduanya sependapat, CPO bisa menyentuh RM 2.600 per MT di akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×